ArtikelDoaHikmah

Akan Kusimpan Aib Saudaraku

Oleh: Ustadz Talqis Nurdianto, Lc., MA. [Kandidat Gelar PhD Universiti Sains Islam Malaysia]

TABIAT manusia pada umumnya, saat berkumpul dengan teman-temannya, adalah suka membicarakan aib orang lain. Di antara tujuannya yaitu, menjadikan aib itu sebagai bahan tertawaan, merendahkan, menghina, bahkan sampai menganggap dirinya lebih baik dari orang yang dibicarakan. Benarkah demikian?

Tidak ada di antara kita yang tidak memiliki aib. Yaitu, sesuatu yang ada pada diri kita yang apabila disebutkan kita tidak menyukainya. Baik aib itu terdapat pada bentuk fisik, cara berbicara, berjalan, sifat dan sikap, atau perilaku buruk.

Kalau kita mendapati orang dengan perilaku suka membicarakan kekurangan atau aib orang lain maka sudah menjadi tugas kita untuk menasihatinya, sebagaimana ajaran Rasulullah SAW. Yaitu, dengan menggunakan tangan (kekuatan/kekuasaan), jika tidak punya maka menggunakan lisan (nasihat), atau dengan hati (kebencian atas kemunkaran itu), dan itu selemah-lemahnya iman.

Aib rumah tangga pun tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Suami tidak boleh mengumbar aib istrinya, dan istri dilarang mengumbar aib suaminya. Baik dalam keadaan marah atau tidak. Sebagaimana Rasulullah mengingatkan kita: “Sesungguhnya sejelek-jelek kedudukan manusia di sisi Allah di hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang membuka rahasia istrinya dan istrinya membuka rahasia suaminya, lalu sang suami menyebarkan rahasia istrinya”. (HR Muslim dan Abu Dawud)

Menuliskan kekurangan, kesalahan, atau aib orang di media sosial, baik di Facebook, Instagram, status WhatsApp, Twitter, atau media lain untuk meluapkan kekesalan bukanlah sikap Muslim yang taat.

Kalaupun pengumbaran itu memuaskan dirinya, itu hanya buaian setan di dunia. Padahal, ia (layaknya) barusan memakan bangkai saudaranya yang sudah mati.

Aib yang sudah jelas saja diperintahkan untuk ditutupi karena Allah akan membalas dengan menutupi aib kita. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Seorang hamba tidaklah menutub (aib) hamba yang lain di dunia hingga Allah akan menutup (aibnya) di hari Kiamat kelak.” (HR Muslim).

Apalagi berita kabar yang tidak jelas kebenarannya, maka ancamannya berat. Baik di dunia maupun akhirat. Allah SWT sudah mengingatkan kita: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. an-Nur: 19).

Mari kita sadarkan diri bahwa kita bukan manusia sempurna tanpa kekurangan. Kita bukan manusia hebat tanpa kelemahan. Kita bukan manusia suci tanpa dosa.

Mari berkomitmen untuk tidak menjadi orang yang sok pahlawan di atas kekurangam saudara sendiri. Semoga kita bisa mencari 1001 alasan untuk menutupi aib saudara.

Semoga Bermanfaat!

Sumber foto: Islampos

Baca juga:

×