ArtikelHikmah

Agar Waktu Libur Jadi Barakah

Oleh: Ustadz Talqis Nurdianto [Kandidat Doktor Universiti Sains Islam Malaysia]

PERPUTARAN mesin di pabrik perlu waktu untuk istirahat guna perawatan sehingga maksimal dalam kinerja berikutnya. Demikian juga kita, manusia, membutuhkan waktu istirahat dalam rentetan aktivitasnya. Setidaknya, kita perlu atau memiliki waktu libur dalam sepekan setelah kerja harian, meskipun hari libur antara kita berbeda dengan lainnya. Badan kita menuntut istirahat, itu adalah hak jasmani yang harus dipenuhi.

Satu hari libur yang kita miliki, akan sama dengan waktu libur yang dimiliki pekerja lainnya, sebagaimana pekerja migran Indonesia di luar negeri. Sedangkan di Tanah Air, ada yang memiliki hari libur dua hari dalam sepekan. Perbedaan jumlah hari libur itu kebijakan perusahaan atau pihak terkait, tidak masalah berbeda. Masalahnya, ketika kita tidak bisa mengisi dan menggunakan waktu libur dengan kegiatan yang bermanfaat.

Setiap kita memiliki waktu 24 jam dalam sehari dan 12 bulan dalam setahun (QS. at Taubah: 36). Semua ini akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Bayi yang baru lahir dan orang tuanya memiliki waktu sama dalam hitungan satu harinya. Apakah kita yang dewasa akan menghabiskan waktu seperti bayi kecil; makan, minum, tidur, buang hajat, dan tidur lagi? Tidak melakukan kegiatan peningkatan keterampilan dan kursus pengembangan soft skill lainnya?

Pekerja migran Indonesia yang baru bisa mengisi liburannya dengan acara makan, minum, buang hajat, bercerita, dan tidur maka tidak berbeda jauh dengan liburan si bayi. Berikut ini ada beberapa aktivitas yang menjadikan waktu libur kita menjadi produktif dan positif, sehingga bernilai barakah:

Pertama, mengikuti majelis taklim. Bagi PMI di Hong Kong atau Macau, tidak susah untuk mencari mejelis taklim. Di Hong Kong akan bertaburan majelis taklim setiap harinya yang berpuncak pada hari Ahad/Minggu. Belajar ilmu agama memiliki banyak manfaat. Baik kembali pada pribadi, keluarga, maupun pekerjaan. Tidaklah sama antara mereka yang paham (ilmu agama) dengan yang tidak mengetahuinya (QS. Az-Zumar: 9). Sekalipun menghadiri majelis taklim, suasana ketenangan batin, manfaat ilmu, dan keberkahan kegiatan bisa dirasakan daripada sekadar kumpul makam-makan. Allah memanjakan kita yang berjuang, bersusah payah untuk bisa bergabung belajar dalam majelis ilmu, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga” (HR. at- Tirmidzi).

Ilmu agama islam yang didapatkan dari majelis taklim bisa segera disampaikan kepada keluarga di Tanah Air, sehingga akan terwujud keluarga yang saling menasihati dalam kebaikan menuju keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Termasuk belajar membaca al-Quran, sekalipun dari dasar untuk bisa mahir di kemudian waktu.

Kedua, belajar formal. Usia tidak membatasi diri memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Sekarang, ada sekolah Paket B yang setara dengan SMP, Paket C yang setara dengan SMA. Libur sehari dalam sepekan bisa melahirkan lulusan SMP dan SMA, bahkan bisa memperoleh gelar sarjana dari Universitas Terbuka yang bisa diakses dari luar negeri.

Anak mana yang tidak senang melihat kegigihat orang tuanya, khususnya ibu? Di samping bekerja menambah kesejahteraan keluarga, juga belajar memperbaiki kualitas pendidikan keluarga juga. Hal ini positif, dapat memotivasi anaknya untuk belajar lebih tekun dan baik daripada orang tuanya.

Sehingga, sepulang ke Tanah Air tidak hanya dapat dolar Hong Kong tapi juga ijazah pendidikan formal.

Ketiga, kursus komputer. Tidak hanya lincah berselancar dengan handphone tapi juga laptop atau komputer. Kursus komputer dasar menjadi penting, seperti kemampuan mengoperasikan Microsoft Office (Word, Excel, Power Point, dan Publisher). Apalagi, PMI yang menambah keterampilam desain grafis, membuat poster untuk publikasi bisnis baik di Hong Kong atau di Tanah Air nantinya.

Siapa sangka, Anda bisa membuat laporan keuangan berbasis Microsoft Excel dan membuat pengumuman kegiatan?

Keempat, kursus soft skill seperti menjahit yang akan berguna sekembali ke Tanah Air. Berawal dari mimpi selama bekerja di luar negeri untuk memiliki rumah butik, toko busana muslimah dan semisalnya.

Dengan demikian, liburan kita lebih produktif karena diisi dengan kegiatan yang positif untuk pengembangan keterampilan dan soft skill bersama teman-teman seperjuangan demi Indonesia yang lebih baik. Allahu A’lam bish-showab.

Semoga Bermanfaat!

Sumber berita dan foto : Dompet Dhuafa

Baca juga:

×