ArtikelHikmah

Adab-Adab Berdoa

Oleh Ustadz Very Setiyawan, Lc., S.Pd.I., M.H.

Disampaikan pada Kajian Online hari Ahad, 25 Oktober 2020

 

Pengertian dan Keutamaan Doa

Secara bahasa, doa mempunyai arti memanggil, mengajak, mengundang, atau memohon. Sedangkan doa menurut istilah adalah permohonan seorang hamba kepada Allah agar apa yang ia inginkan dikabulkan.

Doa merupakan inti sari atau otaknya semua ibadah. Ibadah dalam bentuk apapun seperti sholat, zakat, sedekah, puasa, haji, dan semua amal sholih adalah wujud sebuah permohonan serta cara kita menjawab panggilan Allah SWT.

Hal ini senada dengan firman Allah SWT:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. [Q.S. Al-Baqarah: 186]

Ayat di atas juga ditegaskan oleh salah seorang sahabat bernama Abu Dzar Al-Ghifari, beliau berkata: “Amal kebaikan itu bisa menyempurnakan doa sebagaimana garam memberikan rasa pada masakan”.

Dari sahabat Nu’man bin Basyir, Rasulullah saw bersabda:

إِنَ الدُّعاءَ هُوَ الْعِبادَةُ

“Sesungguhnya doa adalah ibadah”. (H.R. Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)

Sahabat Anas bin Malik juga meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

الدُّعاءُ مُخُّ الْعِبادَةِ

“Doa adalah otak (inti) nya ibadah”. (H.R. Tirmidzi)

3 Cara Allah Kabulkan Doa Hamba-Nya

Banyak di antara manusia yang hanya fokus pada hasil terkabulnya doa yang ia panjatkan. Padahal, Allah pasti mengabulkan doa tersebut dengan cara-Nya.

Ada tiga cara Allah mengabulkan doa-doa kita, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Sa’id Al-Khudry:

إمّا أنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَ إمّا أنْ يُدَّخَرَ لَهُ في الآخِرَةِ ، وَ إمّا أنْ يُدْفَعَ عَنْهُ مِنَ السّوءِ مِثْلِها

“Adakalanya disegerakan baginya (jawaban) doanya, adakalanya disimpan baginya kelak di akhirat, dan adakalanya dihindarkan darinya keburukan yang semisal dengan permohonan doanya”. (H.R. Bukhari, Ahmad, Hakim)

Adab-adab Berdoa

Berdoa adalah cara kita berkomunikasi dengan Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Jika berkomunikasi dengan manusia saja kita harus menjaga adab, terlebih dengan Allah SWT.

Agar doa kita dikabulkan oleh Allah, hendaklah kita menjaga adab-adab sebagai berikut:
  1. Mengincar waktu-waktu mustajab. Di antara waktu-waktu mustajab adalah seperti hari Arafah, bulan Ramadhan, lailatul qodar, sore pada hari Jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam yang terakhir. Allah SWT berfirman:

وَبِٱلۡأَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ ١٨

Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar”. [Q.S. Adz-Dzariyat: 18]

Rasulullah saw juga bersabda:

يَنْزِلُ اللهُ تَعالى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلى سَماءِ الدُّنْيا َحَتَّى يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الأَخيرِ فَيَقولُ عَزَّ وَ جَلَّ : مَنْ يَدْعوني فَأَسْتَجيبَ لَهُ ، وَ مَنْ يَسْأَلُني فَأُعْطِيَهُ ، وَ مَنْ يَسْتَغْفِرُني فَأَغْفِرَ لَهُ

“Allah Ta’ala turun di setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: Barangsiapa berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, barangsiapa meminta-Ku niscaya Aku beri, dan barangsiapa memohon ampun pada-Ku niscaya Aku ampuni untuknya”.   (H.R. Bukhari Muslim)

  1. Memanfaatkan situasi dan kondisi berharga, diantaranya:
  2. Abu Hurairah berkata: “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika barisan mujahidin merayap dan menyerang musuh dalam jihad fi sabilillah”.
  3. Mujahid berkata: “Sesungguhnya sholat dijadikan sebagai waktu terbaik, maka hendaklah kalian berdoa setelahnya”.
  4. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya doa di antara dua adzan (adzan dan iqomah) tidaklah tertolak”. (H.R. Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)
  5. Rasulullah saw bersabda: “Orang yang puasa tidaklah tertolak doanya”. (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
  6. Rasulullah saw juga bersabda: “Jarak paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya ‘Azza wa Jalla adalah tatkala ia sedang bersujud, maka perbanyaklah doa di dalamnya”. (H.R. Muslim)
  7. Menghadap kiblat seraya mengangkat tangan.
  8. Jabir bin Abdillah meriwayatkan bahwa “Rasulullah saw ketika wukuf di Arafah, beliau menghadap kiblat seraya berdoa hingga matahari terbenam”. (H.R. Muslim dan Nasa’i)
  9. Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw (ketika berdoa) mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat putih ketiaknya”. (H.R. Muslim)
  10. Memelankan suara. Allah SWT berfirman:

ٱدۡعُواْ رَبَّكُمۡ تَضَرُّعٗا وَخُفۡيَةًۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ ٥٥

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. [Q.S. Al-A’raf: 55]

Tadlarru’ artinya merendahkan diri dan tunduk. Sedangkan khufyah adalah berdoa tidak dengan terang-terangan. Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Mereka salafus sholih (orang-orang saleh terdahulu) jika berdoa dengan sungguh-sungguh, yang terdengar hanyalah hams (suara berbisik).

Adapun yang dimaksud “Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas” adalah; mendoakan kejelekan seorang mukmin, meminta sesuatu yang tidak pantas seperti yang diberikan kepada para Nabi, dan mengeraskan suara.

  1. Tidak bersajak atau terlalu banyak menggunakan kalimat yang tidak perlu.

Syekh Abdurrahman As-Sa’dy ketika menafsirkan Surat Al-A’raf ayat 55, yaitu bahwasanya “Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” adalah sebagai berikut; meminta sesuatu yang bukan untuknya, memfasih-fasihkan doa, dan mengeraskan suara.

Rasulullah saw bersabda: “Akan datang suatu kaum yang berlebihan dalam berdoa dan bersuci”. Salah satu maksud berlebihan adalah bersajak ketika berdoa.

Sebagian ulama salaf berkata: “Berdoalah dengan lisan (bahasa) yang menunjukkan ketundukan, bukan dengan lisan (bahasa) yang terlalu fasih dan lepas”.

  1. Khusyu’ disertai antara harap dan takut kepada Allah. Allah SWT berfirman:

فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَوَهَبۡنَا لَهُۥ يَحۡيَىٰ وَأَصۡلَحۡنَا لَهُۥ زَوۡجَهُۥٓۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ ٩٠

“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu´ kepada Kami”. [Q.S. Al-Anbiya’: 90]

  1. Meyakini bahwa doanya pasti dikabulkan Allah. Rasulullah saw bersabda: “Berdoalah kepada Allah sedang kalian yakin pasti dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak menjawab doa dari hati yang lalai”. (H.R. Tirmidzi dan Al-Hakim)

Sufyan bin ‘Uyainah berkata: “Janganlah seseorang di antara kalian enggan untuk berdoa, sesungguhnya Allah mengabulkan permintaan iblis agar ditangguhkan sampai hari kiamat”.

  1. Boleh mengulang doa sebanyak tiga kali. Abdullah bin Mas’ud berkata: “Nabi saw apabila berdoa, beliau membacanya tiga kali. Dan apabila memohon, beliau juga mengucapnya tiga kali”. (H.R. Bukhari Muslim).

Nabi saw juga mengajarkan kepada kita apabila kita yakin bahwa doa kita telah dikabulkan atau mendapatkan nikmat, agar kita mengucapkan alhamdulillaahilladzii bini’matihii tatimmush shoolihaat (segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya amal-amal sholih bisa sempurna).

Adapun apabila doa kita ditangguhkan atau kita mendapatkan suatu musibah, maka ucapkanlah alhamdulilllah ‘alaa kulli haal (segala puji bagi Allah atas segala keadaan)”. (H.R. Baihaqi dan Al-Hakim)

  1. Memulai doa dengan memuji Allah dan bersholawat kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaklah memulai dengan memuji Allah dan memuja-Nya, lalu hendaknya membaca sholawat atas Nabi saw, kemudian setelah itu dia boleh berdoa tentang apa yang diinginkannya”. (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi)
  2. Memulai doa dengan taubat dan istighfar, mengakui kesalahan, dan menghadap sepenuhnya kepada Allah SWT. Adab yang terakhir inilah yang paling mendasar diijabahkannya sebuah doa, karena ini berkaitan dengan hati seseorang. Karena permohonan ampunan kepada Allah inilah yang akan membuka rahmat-Nya dengan seluas mungkin.

Baca juga:

×