DDHK.ORG — Korea Utara melaporkan lebih dari 1,2 juta warga yang diduga suspek Covid-19. Laporan itu muncul hanya berselang dua hari usai Korea Utara mengonfirmasi kasus Covid-19 pertama.
Menurut media Korut, Korea Central News Agency, seperti dikutip dari Radio Free Asia, dari akhir April hingga 15 Mei jutaan orang itu sakit “demam” yang belum teridentifikasi dan diduga berkaitan dengan virus corona.
Pejabat Pusat Komando Karantina Darurat Nasional, Ryu Yong Chol, mencatat kasus positif Covid-19 sebanyak 168 dan 56 meninggal dunia. Lebih rinci, sebanyak 168 kasus terdeteksi di Pyongyang dan sisanya tersebar di tujuh kota dan provinsi.
Mengantisipasi laju penularan virus Covid-19, pemimpin Korut, Kim Jong-un, menetapkan sejumlah aturan, seperti membatasi aktivitas, membagikan obat-obatan, dan mengerahkan tentara untuk membantu mendistribusikan obat. Sekitar 3.000 tentara medis ambil peran dalam menangani wabah ini.
“Sistem pelayanan untuk mengantar dan memasok obat-obatan berlaku selama 24 jam,” demikian menurut laporan media pemerintah.
Keluarga Kim juga diberitakan ikut turun tangan dengan mendonasikan obat-obatan di Provinsi Hwanghae Selatan. Permintaan yang tinggi atas obat-obatan dan kebijakan karantina pemerintah membuat obat demam dan menggigil langka di negara itu.
Bahkan obat herbal yang tak berkaitan dengan virus corona pun melonjak harganya. Misalnya, harga uhwang-cheongsimhwan, pil yang terbuat dari sekitar 30 herbal, dari 10 ribu won atau Rp23 ribu menjadi 25 ribu won atau Rp64 ribu.
Harga obat herbal lain, uhwang-angunghwan, telah naik menjadi 35 ribu won atau Rp404 ribu dari 15 ribu won atau 175 ribu, dan obat herbal sochewan naik menjadi 8.000 won. [CNN Indonesia] [DDHKNews]