DDHK.ORG — Petunjuk untuk bertawakkal kita dapatkan dari 2 sumber utama agama Islam. Yakni, Al-Qur’an Al-Karim dan Al-Hadits An-Nabawi.
- Maka berpalinglah dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung. (An-Nisa’ Ayat 81).
- Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.” (Surah Al-Ma’idah: 23)
- Rosululloh ShallAllahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)
Makna dan hakikat tawakkal
Lalu, apa itu tawakkal?
Secara bahasa berasal dari kata وكل yang menunjukkan arti menyandarkan suatu urusan kepada selain dirinya. Raghib Al-Ashfahani mengatakan: “”Tawkil” artinya engkau bersandar kepada selainmu, yaitu engkau menjadikan orang lain sebagai wakilmu dengan menyerahkan urusan kepadanya.” Tawakkal berarti penyandaran hati atas suatu urusan kepada orang yang diwakilkan.
Secara istilah, para ulama memiliki definisi beragam tentang makna tawakkal:
- Ibnul Qayyim mengartikan tawakkal sebagai pasrahnya hati di hadapan Allah SWT, sebagaimana pasrahnya mayit di tangan orang-orang yang memandikannya.
- Ibnu Rojab Al-Hanbali mengatakan, “Tawakkal adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah Ta’ala dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan.”
- Ketika Yahya bin Mu’adz ditanya tentang kapan seseorang disebut bertawakal, ia menjawab: “Ketika dia ridha menjadikan Allah sebagai wakilnya.”
- Al-Munawi mengatakan, “Tawakkal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang ditawakkali.”
- Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa Tawakkal bermakna percaya sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.
- Imam Ahmad mengatakan, “Tawakkal berarti memutuskan pencarian disertai keputusasaan terhadap makhluk.”
- Al-Hasan Al-Bashri pernah ditanya tentang Tawakkal, maka beliau menjawab, “Ridho kepada Allah Ta’ala”.
- Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Atsqolani mengatakan, “Tawakkal yaitu memalingkan pandangan dari berbagai sebab setelah sebab disiapkan.”
Pada hakikatnya tawakkal itu merupakan, pertama, ibadah mulia. “Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Furqan: 58)
Kedua, bukti keimanan. Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”(Surah Al-Ma’idah: 23)
Ketiga, setengah agama. Ketika menafsirkan ﴿ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴾ Ibnul Qayyim berkata: “Agama ini ada dua bagian: Ibadah dan Isti’anah. Ibadah adalah inabah (taubat) dan isti’anah adalah tawakkal.
Keempat, turunan dari nama Allah. وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا “Dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (QS Al-Ahzab: 3)
Kelima, dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakkal kepada-Nya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal!” (HR. At-Tirmidzi).
Keenam, sifat orang beriman. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)
Ketujuh, sifat para rasul. Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri”. (QS Ibrahim 12)
Mengapa kita perlu tawakkal?
Kita perlu bertawakkal kepada ALlah SWT karena:
- Manusia adalah makhluk lemah. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (Surat An-Nisa Ayat 28)
- Ada unsur yang mengatur di luar kita. “Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?” (QS. Al-Waqi’ah: 68-69)
- Kita adalah mukmin. Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”. (QS At-Taubah: 51).
Buah tawakkal
Sikap tawakkal akan menghadirkan buah yang lezat buat kita. Yaitu:
- Dilapangkan rizki. “Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi no. 2344)
- Dicukupi kebutuhan. “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. [Ath-Thalaq, 65:3]
- Menambah keimanan. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Surat Al-Anfal Ayat 2)
- Diberi jalan keluar. “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar”. [Ath-Thalaq/65 : 2]
- Dimudahkan urusan. “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. [Ath-Thalaq/65 : 4].
- Menjaga dari setan. Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (Surat An-Nahl Ayat 99)
- Mendatangkan ketenangan. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat At-Taubah Ayat 40)
- Memberikan kemuliaan. (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“ (QS Al-Anfal: 49)
- Menghadirkan kekuatan. “Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.”
- Mendatangkan keridhoan. Imam Ahmad ditanya, “Kapan seseorang dianggap bertawakkal?” Ia menjawab, “Ketika dia ridha Allah sebagai wakilnya.”
- Mendatangkan harapan. “Dan Ya’qub berkata: “Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri”. (Surat Yusuf Ayat 87)
- Cinta Allah. ”Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS 3: 159).
- Menghilangkan kesedihan. “(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Surat Ali ‘Imran Ayat 173)
>>Disampaikan oleh Usatdz Jauhar Ridloni Marzuq, Lc., M.A., saat kajian Halaqoh Pekanan, Jumat malam, 4 Februari 2022. [DDHKNews]