DDHK.ORG – Makan terlalu sedikit saat menunaikan puasa di bulan Ramadan bisa membuat tubuh stres. Ahli diet klinis yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA), Sara Abdelghany, mengatakan, makan terlalu sedikit selama Ramadan akan memperlambat metabolisme dan membuat tubuh stres.
Dilansir dari Republika, ahli gizi di HealthBay Clinic Dubai itu menjelaskan, ketika manusia tidak mendapatkan cukup makanan, maka tubuh masuk ke “mode kelaparan”.
Hal itu dapat menurunkan metabolisme tubuh untuk memastikan fungsi fisiologisnya berjalan normal.
“Makanan merupakan kebutuhan fisiologis bagi tubuh. Dalam kondisi ‘stres’ seperti puasa, tubuh diprogram untuk menurunkan metabolisme dan fungsi fisiologisnya untuk membantu kita bertahan hidup,” kata Abdelghany dilansir laman Al Arabiya English, Sabtu (1/4/2023).
Selama Ramadan, umat Islam menahan diri dari makan dan minum sejak Subuh hingga azan Maghrib. Banyak yang sering menggunakan periode puasa selama sebulan itu untuk menurunkan berat badan atau memperbaiki kebiasaan makan mereka. Namun, satu kesalahan yang mungkin dilakukan orang adalah tidak menyeimbangkan makanan mereka dan tidak memenuhi asupan makanan yang dibutuhkan untuk hari itu.
“Selama bulan ini, jika Anda secara drastis mengurangi asupan makanan, tubuh akan mengalami mode kelaparan dan menurunkan metabolisme untuk bertahan hidup, menyebabkan lebih banyak kehilangan otot dan air daripada kehilangan lemak,” ujar Abdelghany.
Penelitian medis membuktikan, tidak mendapatkan cukup makanan akan memaksa metabolisme melambat untuk bertahan hidup. Diet yang parah, terutama bila dikombinasikan dengan olahraga yang intens, mengajarkan tubuh untuk berpegang teguh pada sedikit kalori yang diberikan sehingga lebih sulit untuk menurunkan berat badan.
“Tidak cukup makan juga menyebabkan penurunan tingkat energi, sakit kepala, dehidrasi, gangguan tidur, perubahan buang air besar (seperti sembelit), dan peningkatan rasa lapar,” kata dia.
Abdelghany mengatakan, orang harus makan setidaknya dua makanan seimbang yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, sayuran, dan buah untuk menjaga tubuh tetap bergizi. Tubuh juga harus mendapatkan makanan ringan di antara waktu makan, untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan nutrisi makro.
Saat makan, Abdelghany menyarankan untuk mengonsumsi sumber karbohidrat kompleks, seperti kentang, roti gandum, atau nasi basmati; sumber protein, seperti daging, ikan, ayam, telur, atau keju; serta sayuran dan buah-buahan yang sangat penting untuk menjaga asupan serat yang sehat, guna mendukung kesehatan usus, serta menghindari sembelit dan kekurangan vitamin. Makan adalah kebutuhan penting, terutama bagi yang memiliki rutinitas olahraga.
“Asupan makanan kita harus cukup, artinya tidak terlalu sedikit dan tidak berlebihan, untuk menunjang olahraga dan mengoptimalkan energi yang dibutuhkan tubuh, terutama saat puasa seperti Ramadhan,” ujar Abdelghany.
Rekomendasi umum untuk berolahraga adalah antara 150 hingga 300 menit per pekan. Ini berarti, Anda harus mendapatkan setidaknya 30 menit selama lima hari dalam sepekan, atau 40 menit hingga satu jam sehari dalam enam hari dalam sepekan. Waktu, jenis, dan intensitas latihan bergantung pada tujuan, jenis kelamin, berat badan, dan kondisi fisik masing-masing individu.
“Selama Ramadan, jika pola makan seseorang seimbang, dan nutrisi makro mereka lengkap dan terdistribusi dengan baik, maka mereka dapat mengikuti rutinitas olahraga yang sama seperti sebelum mulai berpuasa,” kata Abdelghany. [DDHK News]