ArtikelBeritaDunia IslamFiqih

Puasa Syawal Haruskah Berurutan?

DDHK.ORG – Puasa Syawal dianjurkan karena termasuk sunnah dan merupakan salah satu puasa sunnah yang dianjurkan dalam Islam. Puasa ini dilakukan selama enam hari di awal bulan Syawal. Dimulai sejak 2 Syawal atau tepat selang sehari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Pertanyaan yang sering muncul ketika puasa Syawal biasanya haruskah puasa Syawal berurutan dan langsung setelah lebaran.

Mengutip buku Yang Harus Diketahui dari Puasa Syawal Tulisan Ahmad Zarkasih bahwa jawaban pertanyaan itu adalah tidak. Karena memang teks hadits yang menyebutkan itu tidak memberikan tambahan adanya tatabbu’an atau berurutan.

Seperti dilansir Republika, teks hadits yang ada sifatnya mutlak begitu saja. Karenanya tidak harus berurutan, boleh dikerjakan secara terpisah yang penting masih di bulan syawal.

Lagi juga, keutamaan puasa setahun itu sebanyak jumlah harinya yakni 30 hari Ramadhan sama dengan 300 hari, dan 6 hari syawal sama dengan 60 hari. Dan keutamaan ini bisa didapatkan walaupun tidak berurutan.

Itu juga yang dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam) kitabnya Syarhu al-Nawawi li-Muslim (8/56):

وَالْأَفْضَلَ أَنْ تُصَامَ السَّنَّةُ مُتَوَالِيَةٌ عَقِبَ يَوْمِ الْفِطْرِ فَإِنْ طريقتها أو اعترافا من أوائل الشوالي إلى أواخره خصلت

فضيلة الشيعة بأنه يصدق أنه أتبعه ستا من شوال

Afdhalnya, puasa enam hari syawal dilakukan secara berurutan dan menyambung setelah hari Idul Fitri, jika terpisah, atau diakhirkan dari awal syawal sampai akhir syawal, itu juga masih bisa mendapatkan pahala karena itu juga masih disebut enam hari syawal.

Rasulullah SAW pernah menjelaskan keutamaan apabila menjalankan puasa ini. Bahwa orang yang melakukan enam hari puasa Syawal setelah satu bulan puasa Ramadan, maka ia akan memperoleh pahala senilai satu tahun berpuasa. Sebagaimana yang terdapat dalam hadis:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتَّاً مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: “Barang siapa berpuasa Ramadan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim)

Oleh karena itu alangkah baiknya kita menunaikan ibadah puasa sunnah ini. Dikutip dari lamanya NU Online, berikut merupakan 5 keutamaan puasa sunnah Syawal.

Keutamaan Puasa Syawal

  1. Penyempurna Puasa Ramadan

Salah satu manfaat ibadah sunnah adalah sebagai penyempurna ibadah fardhu. Sebagaimana sholat sunnah rawatib (qabliyah dan ba’diyah) yang bisa menjadi penyempurna bagi sholat fardhu. Demikian juga puasa sunnah Syawal bisa menjadi penyempurna puasa Ramadan.

 

  1. Pahala Puasa Satu Tahun

Dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 160 dijelaskan bahwa setiap satu amal ibadah akan dibalas pahala sepuluh kali lipatnya. Mengacu pada penjelasan ini, jika dikalkulasikan maka satu bulan puasa Ramadan dikali 10 sama dengan 10 bulan, kemudian 6 hari puasa Syawal dikali 10 sama dengan 2 bulan. Jadi 10 bulan ditambah 2 bulan sama dengan 12 bulan atau satu tahun.

 

  1. Tanda Diterimanya Puasa Ramadan

Salah satu ciri-ciri diterimanya amal ibadah adalah konsistensi melakukan ibadah yang lain setelah ibadah pertama selesai. Begitupun dalam puasa Ramadan. Salah satu ciri diterimanya puasa Ramadan adalah seseorang melakukan puasa sunnah Syawal setelahnya.

 

  1. Sebagai Tanda Syukur

Melaksanakan puasa sunnah Syawal merupakan bukti syukur seorang hamba karena selama bulan Ramadan telah memperoleh anugerah dari Allah SWT baik berupa ibadah-ibadah yang bisa dijalani di dalamnya ataupun ampunan yang dijanjikan bagi orang yang beribadah selama bulan puasa. Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Siapa saja yang berpuasa Ramadan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni.” [dalam riwayat lain]: “Siapa saja yang menghidupkan malam hari bulan Ramadan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

 

  1. Menjaga Konsistensi Ibadah

Selesainya bulan Ramadan bukan berarti ibadah-ibadah di dalamnya terputus. Umat Muslim dianjurkan untuk tetap menjaga konsistensi ibadah tersebut. Salah satunya adalah dengan berpuasa sunnah Syawal sebagai bukti konsistensi puasa yang sudah dilakukan selama Ramadan. [DDHK News]

 

Baca juga:

×