Seorang perempuan berbaring beralas matras di ruangan dalam Pos Dompet Dhuafa di Kota Langsa, pada Rabu (17/12/2025). Tampak kabel terapi membelit perutnya.
Ia tampak tenang, sembari kakinya dipijat-pijat kecil oleh anak bungsunya. Perempuan itu adalah Siti Fatimah (55 tahun), warga Kota Langsa yang tengah berjuang untuk pulih dari penyakit kanker ovarium yang diidapnya selama 10 tahun.
Diketahui, bencana ekologis yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menampilkan kota yang porak-poranda. Sekolah, jembatan, pemukiman, dan fasiltas umum lainnya hancur. Aliran listrik dan jaringan telekomunikasi tak lagi berfungsi. Jutaan orang menghadapi kelaparan, penyakit, kehilangan tempat tinggal, dan trauma yang mencekam.
Tidak hanya saudara-saudara kita yang terdampak langsung, kerusakan akibat bencana menyulitkan kehidupan warga lain yang tidak terdampak secara langsung. Di Kota Langsa, hanya sebagian wilayah yang dilanda banjir pada 25 November lalu, tetapi dampaknya dirasakan oleh seluruh masyarakat. Aliran listrik yang masih mati total sampai saat ini membuat Siti Fatimah, penyintas kanker ovarium, kesulitan menjalani terapi mandiri.
Alat terapi yang di
milikinya membutuhkan daya listrik untuk beroperasi. Namun, ketiadaan listrik hampir dua pekan di Kota Langsa memaksa Fatimah menahan rasa sakit yang kuat, lantaran selama kurun waktu itu ia tak bisa menjalani terapi.
“Saya menahan rasa sakit sendiri di rumah. Saya menangis setiap hari sampai menungging-nungging kesakitan. Saya bilang ke suami untuk mencari tempat yang listriknya hidup untuk menumpang saya terapi. Tapi sulit sekali,” kata Fatimah.

Setelah nyaris satu minggu tidak bisa terapi dan menahan sakit, Fatimah mendapatkan informasi bahwa ada listrik di Pos Dompet Dhuafa di Kota Langsa. “Suami saya sempat charge hp-nya di sana. Lalu saya minta suami untuk membawa ke sana. Awalnya malu, tetapi mau bagaimana lagi. Alhamdulillah setelah saya jelaskan ke tim Dompet Dhuafa di pos itu, saya bisa diterima dengan baik,” ujar Fatimah.
Sudah empat hari, Fatimah menjalankan terapi di Pos Dompet Dhuafa. Ia ditemani anak atau suaminya, setiap pagi dan malam.
“Kami mendengar kalian bisa terima kami untuk terapi rasanya bahagia sekali. Kalian semua tim dan relawan sangat baik sekali. Kami sangat terbantu. Kalau menumpang di rumah warga kami agak segan. Tapi karena kami tahu Dompet Dhuafa suka membantu, kami jadi lega juga,” ucap Fatimah.
Selama di Pos Dompet Dhuafa, Fatimah kerap melihat kesibukan tim respons DMC Dompet Dhuafa dan para relawan menyiapkan segala hal untuk membantu warga terdampak di Aceh Tamiang. “Terima kasih untuk Dompet Dhuafa sudah memberi kami tempat menggunakan listriknya. Khususnya saya. Jadi saya bisa terapi dan rasa sakit bisa berkurang. Tetap semangat membantu teman-teman Aceh Tamiang. Semoga kerja keras tim Dompet Dhuafa di lokasi bisa menjadi keberkahan,” pungkasnya.
Pos Dompet Dhuafa di Kota Langsa diperuntukkan untuk tempat koordinasi tim Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dalam respons bencana di wilayah Aceh Tamiang dan sekitarnya. Di sana terdapat genset (pembagkit listrik berbahan bakar solar) dan jaringan WiFi dari Starlink untuk keperluan komunikasi tim respons.
Di tengah Langsa yang masih gelap gulita, DMC Dompet Dhuafa mempersilakan warga sekitar pos untuk mengisi daya ponsel, menggunakan jaringan WiFi, dan keperluan mendesak lainnya yang membutuhkan daya listrik. Kota Langsa yang masih diselimuti gelap akibat padamnya listrik pascabencana, Pos Dompet Dhuafa menjadi titik terang bagi warga yang membutuhkan.
Kehadiran genset dan jaringan komunikasi tak hanya menopang kerja kemanusiaan bagi penyintas banjir di Aceh Tamiang, tetapi juga memberi harapan bagi mereka yang terdampak secara tak langsung, seperti Siti Fatimah. [Sumber: DMC Dompet Dhuafa]





