DDHK.ORG – Hasil riset dan penemuan terbaru dari Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung atau ITB, Maya Fitrianti, berhasil mengembangkan teknologi sterilisasi dengan gelombang ultrasonik.
Penemuan terbaru ITB ini tidak hanya sanggup membunuh bakteri, melaikan membuat bahan pangan yang disterilkan bisa lebih tahan lama.
“Mulai risetnya ketika sekolah S-3 di Amerika Serikat pada 2015,” kata periset di Pusat Penelitian Biosains dan Bioteknologi ITB itu dilansir dari Tempo.co, Kamis, 13 Oktober 2022.
Maya tertarik dengan cara-cara membunuh mikroorganisme seperti bakteri jahat pada makanan, serta cara-cara mengawetkan bahan pangan.
Peneliti lain pun mencari teknologi alternatifnya, seperti dengan gelombang ultrasonik.
Menurutnya, ini karena ada limitasi tertentu pada metode yang konvensional atau yang sudah umum.
Sterilisasi kata Maya, biasanya menggunakan bahan kimia, sanitizer, antibiotik, atau dengan cara pemanasan. Cara lama itu bisa membuat mikroorganisme bermutasi dan malah berkembang menjadi lebih resisten. Berbeda bila menggunakan gelombang ultrasonik.
“Kalau diberikan tekanan dari rambatan gelombang ultrasonik, secara mekanik dinding sel bakteri akan hancur. Prinsip itu yang kami gunakan,” terang Maya.
Sudah Dikenal di Rumah Sakit
Sterilisasi dengan ultrasonik sudah dikenal dan dipakai rumah sakit untuk membersihkan alat bedah, juga di toko kacamata.
Maya memulai risetnya di ITB pada 2020, melibatkan kolega dosen dan mahasiswa, untuk mengembangkannya pada produk pangan yang segar seperti susu, buah, dan sayur, yaitu bayam, tomat chery, strawberry.
Selain bakteri, pada buah seperti strawberry ditemukan ada jamur yang membuatnya jadi cepat berair. Sementara pada bayam, bakteri membuat daunnya cepat layu hingga membusuk dan bau.
Jurnal pendahuluan soal sterilisasi ultrasonik pada susu dan jus telah dibuat. “Hasilnya bisa membunuh mikroba dalam makanan, bisa habis sampai 99,9 persen,” lanjut Maya.
Susu dan jus wortel pun bisa disimpan sampai 10 hari di kulkas dibandingkan dengan cara pemanasan. Hasil studi penelitian lanjutannya kini tengah ditulis dengan target bisa dipublikasi pada akhir tahun ini.
“Sterilisasi ultrasonik itu bisa membuat produk segar seperti buah dan sayur tetap cantik bentuknya, aman dimakan, dan nutrisinya terjaga,” harap Maya.
Purwarupa Alat Ultrasonik
Di laboratorium, tim riset menggunakan purwarupa alat ultrasonikator buatan dosen Teknik Mesin ITB. Menyesuaikan rentang suara ultrasonik yang lebar, alat itu bisa diatur agar bisa multifrekuensi.
Susu dan jus dimasukkan ke bejana kemudian disterilisasi beberapa menit dengan gelombang ultrasonik. Saat uji coba, frekuensinya dijajal mulai dari 20-22 kilohertz, 47-50 kilohertz, dan 100 kilohertz.
Mekanismenya, gelombang ultrasonik itu merambat ke susu atau jus dan membuat gelembung-gelembung kavitasi.
“Pada suatu titik gelembung itu pecah dan menimbulkan energi yang besar, sehingga bisa menghancurkan bakteri,” jelas Maya.
Jumlah bakteri pada sebuah cup berisi jus atau susu ada yang totalnya sebanyak 10 pangkat enam hingga bisa dikurangi sampai 99,9 persen. Setelah itu susu dan jus disimpan dalam kemasan atau botol plastik lalu dimasukkan ke kulkas.
Riset mengidentifikasi tiga jenis bakteri untuk model, yaitu Escherichia coli , Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus. Ketiganya memiliki bentuk dan ketebalan dinding sel yang berbeda dan berperan dalam kontaminasi makanan.
Di luar bakteri, tim riset ingin menguji coba gelombang ultrasonik pada ragi, virus, dan jamur mikroskopik seperti kapang, dan permukaan alat medis. [DDHK News]