Berita

Kenyamanan Kerja di Hong Kong Terusik

Oleh Titie W, BMI Hong Kong

Kenyamanan kerja BMI Hong Kong terusik akibat kasus Erwiana. Sebagai negara yang menjamin keadilan bagi buruh lokal dan asing, tentu saja kasus ini sangat mencoreng nama baik Hong Kong.

Pemerintah Hong Kong pun langsung mengirimkan polisi, pegawai labour, dan dokter ke Indonesia untuk menangani kasus  Erwiana.

Penganiayaan dan pelecehan, baik secara sverbal maupun tindakan, kerap terjadi terhadap buruh migran asal Indonesia. Bahkan, menurut penelitian dari salah satu organisasi Hong Kong terhadap 3000 responden (1.300 di antaranya BMI), 58 persen mengaku mengalami pelecehan verbal. atau perkataan kasar, 18 persen intimidasi, dan 6 persen pelecehan seksual.

Rentannya pelecehan dan penganiayaan terhadap BMI ternyata tidak saja terjadi di negara Timur Tengah. BMI di Malaysia, Singapura, dan Hong Kong pun tidak luput dari kekejian penganiyaan yang terkadang diawali dengan masalah sepele, bahkan terkesan mengada-ada, seperti yang terjadi terhadap Runensi, BMI Hong Kong asal Indramayu.

Entah apa sebabnya, majikannya marah-marah kepadanya. Keributan antara keduanya tak terelakan lagi. Majikan Runensi  memukul dan menonjoknya. Lalu mereka pun saling lapor polisi.

Runensi dipanggil agen dan majikannya mengajak damai di depan agen. Runensi akhirnya mencabut laporannya ke polisi, tetapi tidak dengan majikannya. Ternyata kasusnya masih berlanjut. Runensi pun hanya mampu pasrah sambil menunggu hasil penyelidijan akhir dari kepolisian Hong Kong.

Waspada, hati-hati, dan teliti. Sekalipun hukum dijamin oleh negara dengan baik dan ketat. Kita harus tetap berhati-hati. Jangan sampai kasus yang terjadi pada Erwiana, Runensi, dan lainnya terjadi lagi. Tidak semua BMI beruntung, sebagaimana tidak semua majikan di Hong Kong itu baik. (Titie W/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*

Baca juga:

×