Hari itu, Ahad, 4 Mei 2025. Tampak hadir di ruang pertemuan kantor Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK) mantan General Manager DDHK, Ustadz Imam Baihaqi. Ia datang ke Hong kong bersama tim Intitut Kemandirian Dompet Dhuafa (DD).
Di kantor DDHK, beliau dan tim diterima para volunteer dan Ustadz Husnul Muttaqin, Dai Ambassador DDHK yang baru saja kembali usai memberikan kajian agama di Yuen Long dan Tuen Mun.
Kehadiran tim Institut Kemandirian DD di Negeri Beton dalam rangka melakukan observasi untuk menyusun program pendampingan dan pemberdayaan pekerja migran Indonesia (PMI) di luar negeri, sekaligus keluarganya di kampung halaman. “(Lewat program ini) berharap nanti teman-teman yang bekerja mengumpulkan dolar sambil meng-upgrade dirinya, dan keluarga yang di Indonesia (suami, anak, atau saudaranya) juga kita dampingi, agar ketika nanti pulang bisa berkesinambungan. Yang di sini di-upgrade, yang di Indonesia juga di-upgrade,” kata Ustadz Imam.
Pada kesempatan itu, Direktur Institut Kemandirian DD, Abdurrahman Usman, menyampaikan bahwa dirinya mengetahui dan memahami persoalan yang kerap dialami PMI di luar negeri. Sebab, ia juga pernah merantau dan tinggal di Kuwait sebagai mahasiswa, serta memiliki kakak yang juga bekerja sebagai PMI di luar negeri. Beliau juga aktif berinteraksi dengan PMI yang sedang bermasalah dengan pekerjaan dan kehidupannya serta menangani kasus-kasus mereka.
“Ketika banyak PMI mau pulang ke Tanah Air, merasa hidup di Tanah Air sendiri susah, sedangkan kebutuhan keluarga terus naik. Keresahan-keresahan itu saya alami sendiri,” ujarnya.
“Hari ini saya diamanahi Dompet Dhuafa Pusat untuk mengolah satu program yang sudah berjalan di Indonesia dan yang berhubungan dengan Pekerja Migrant,” kata Abdurrahman.
Ia menegaskan, Institut Kemandirian DD berkomitmen mendisain sebuah konsep peberdayaan dan pendampingan yang tidak berhenti di tataran teori dan program semata. Ia menjelaskan, Institut Kemandirian sudah berdiri sejak tahun 2005 dan merupakan lembaga pelatihan ketrampilan kerja yang meliputi lebih dari 20 pelatihan.
Dalam 5 tahun terahir, Institut Kemandirian DD telah memberikan pelatihan yang sesuai dengan kecenderuangan minat pesertanya. Yakni, seperti ketrampilan potong rambut, montir, terapis, dan salon muslimah.
“Sehingga ketika lulus dari Institut Kemandirian tidak nganggur. Minimal, punya skill dan kita ada pendampingan,” ujarnya.
Terkait PMI di laur negeri, Institut Kemandirian berusaha membangun kesamaan visi dan misi antara mereka dan keluarganya di kampung halaman, lalu sama-sama menyiapkan diri untuk merencanakan usaha yang diminati. “Bikin planning (rencana) untuk 2 tahun ke depan dari sekarang, untuk bisa nge-linked (terhubung) dengan keluarga (suami, saudara, atau anak) untuk memperdayakan mereka di bisnis atau usaha, biar keluarga yang mengelolanya dengan terlebih dahulu kita bekali ilmunya dan kita mengawasinya sampai benar-benar bisnis ini berjalan. Ketika teman-teman di sini mau pulang ke Indonesia, sudah yakin, tidak resah, dan tidak takut mau pulang ke Tanah Air, karena kita benar-benar mendampingi sampai dari sistem keuangan, pelaporan, dan lainnya,” kata Abdurrahman.
“Institute Kemandirian menawarkan solusi kepada PMI Hong Kong yang konteksnya bisa dirasakan betul-betul oleh keluarganya untuk kesiapan menjadi PMI mandiri di negeri sendiri dan bisa mengawasi anak-anaknya secara langsung, hidup bersama keluarga,” ujarnya.
Asep Hendriana, Ketua Yayasan Pendidikan Umar Usman, yang juga turut hadir di pertemuan tersebut menyarankan PMI dan keluarganya yang berencana membangun usaha di Indonesia untuk bergabung dengan kelompok dan komunitas UMKM di daerah tempat mereka tingggal. “Kebetulan, Dompet Dhuafa pusat mempunyai program pendidikan yang fokus di entrepreneurship (kewirausahaan) yang mendampingi UMKM. Selain pendampingan, juga ada mentoring dan coaching,” ujarnya.
Kenapa perlu komunitas? Tanya Asep di hadapan para volunteer DDHK. “Dengan adanya komunitas, teman ekosistem itu tempat kita bertanya, berkonsultasi, dan belajar” kata dia.
“Jangan terlalu khawatir (kalau mau usaha). Yang penting, berani action (melakukan aksi nyata) dan bergabung di komunitas yang bisa kita buat. Dimulai dulu usahanya, tidak perlu takut,” ujar Asep. (Artikel: Lutfiana Wahid)