DDHK.ORG — Ini Makna Idul Fitri yang Sesungguhnya
Oleh: Ustadz Fauzan Akbar Daulay, Dai Ambassador DDHK
Syekh Abdul Hamid bin Muhammad bin ‘Aly bin Abdil Qadir Qudsi al-Makki asy-Syafi’i mengatakan,
لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ، وَكُلُّ يَوْمٍ لاَ يُعْصَى فِيْهِ فَهُوَ عِيْدٌ
“Bukanlah disebut ‘id bagi orang yang mengenakan (pakaian) baru, sesungguhnya ‘id itu bagi orang yang ketaatannya bertambah, dan setiap hari yang tiada maksiat di dalamnya itulah ‘id”.
Agaknya, bukan hanya zhahir yang diperbaharui, namun batin dan amal kita pun perlu kita upgrade menjadi lebih baik. Bukankah yang diinginkan dari berpuasa Ramadhan adalah ketaqwaan?
Menantu Nabi Muhammad SAW dan kesayangan beliau, Sang Pintu Ilmu, Ali karramallahu wajhah mengatakan bahwa unsur ketaqwaan ada empat:
Pertama, takut pada Allah .الخوف من الله تعالى
Orang yang takut pada Allah maka hasil dari perbuatannya akan berbeda. Sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah tentang dua anak Nabi Adam, yaitu Qabil dan Habil. Dua-duanya diperintahkan Allah untuk beramal, beribadah, dan berkorban.
Pemahaman Qabil, yang penting aku beramal, yang penting aku berkorban. Itu pemahamannya. Karena ia seorang petani maka ia menyerahkan hasil panennya yang yang buruk untuk Allah. Dan yang bagus-bagus disimpannya.
Beda dengan pemahaman Habil. Dia melihat ini adalah perintah Allah, Dzat yang menciptakannya. Tentulah ia mesti mempersembahkan pengorbanan terbaik. Karena ia seorang peternak, maka ia serahkan kibas bertanduk, yang besar badannya dan banyak dagingnya untuk Allah.
Pengorbanan mana yang diterima? Tentulah pengorbanan terbaiknya Habil.
Maka daripada itu, Ramadhan ini kita tentu tidak ingin hasilnya sama saja dengan Ramadhan tahun sebelumnya. Kita ingin ada perubahan dalam setiap amal kita. Mulai dari Al Qur’an, kita berusaha memperbaiki bacaan kita, penerapan ilmu tajwidnya, hingga adab-adab yang terbaik ketika membaca Al Qur’an berusaha kita penuhi.
Sholat dengan cara terbaik. Diusahakan ketika sholat sudah standby sebelum adzan dikumandangkan. Itu tanda rasa takut kita pada Allah menggelora. Karena kita paham siapa yang kita sembah.
Kedua, beramal dengan Al Qur’an dan sunnah. والعمل بالتنزيل
Apa saja yang diturnkan Allah dan yang diajarkan oleh Rasulullah kita selalu berusaha mengamalkannya. Cara hidup dan gaya Nabi Muhammad SAW sehari-hari kita berusaha tiru dan wujudkan dalam 24 jam napas kita behembus.
Minum dengan didahului Bismillah, tidak berdiri, dan menggunakan tangan kanan adalah hal yang sangat disukai dan dicontohkan Nabi SAW. Tentulah, seorang pecinta (fans) berusaha meniru siapa yang dicintainya. Pertanyaannya, siapa yang kita cintai? Apakah kita menyintai Nabi Muhammad SAW?
Ketiga, ridha dengan keputusan Allah. الرضا بالقليل
Apa yang takdirkan pada kita saat ini, itulah yang terbaik. Mungkin ada diantara kita dalam keadaan sakit atau dalam keadaan memiliki banyak masalah, bahkan saat ini harus merantau dan betahun tahun berada di Negeri Beton untuk mencari rizki, maka kita husnuzzhan (bersangka baik) kepada Allah bahwa ini adalah keputusan Allah dan kita ridha dengan apa yang terjadi.
Kita juga bersangka baik kepada Allah bahwa semua yang kita lalui, baik kesulitan, penyakit, ataupun masa lalu yang kelam, semua ada hikmahnya untuk kehidupan kita di dunia maupun akhirat. Ada saja kebaikan-kebaikan yang kita temukan jikalau kita husnuzzhan kepada Allah SWT.
Keempat, persiapan menuju kematian. االإستعداد ليوم الرحيل
Hidup kita tidaklah selamanya di dunia. kita pasti Kembali kepada Allah. Alangkah indahnya jikalau setiap perbuatan kita adalah karena Allah dan hanya untuk Allah semata. Dan, Allah menerima semua amal perbuatan kita.
Tentulah kita sangat merugi jikalau susah payah ketika di dunia, ternyata semua tertolak. Maka harapan kita Ketika bertemu dengan Allah SWT, Allah pun memaafkan dan mengampuni seluruh kesalahan kita.
Mudah-mudahan dengan Ramadhan kali ini kita digolongkan menjadi hamba yang bertakwa serta Allah terima ibadah puasa, sholat, baca Al Qur’an, dan seluruh amal kita. Syawal pun menjadi bulan peningkatan dan menjadi bukti kesuksesan Ramadhan kita.
Taqabbalallah minna wa minkum. Wallahu A’lam. [DDHKNews]