Berita

Ini Kronologi Dai Cordofa DDHK Terjebak Demo Hong Kong dan Terpapar Gas Air Mata

CAUSEWAY BAY | HONG KONG – Dai Cordofa Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK), Ustadz Muliadi, Sabtu (2/11/2019) malam, terjebak demonstrasi di sekitar daerah Wan Chai dan Causeway Bay. Beliau juga tertapar gas air mata yang ditembakkan aparat polisi ke arah para pengunjuk rasa malam itu.

Keesokan harinya, Ustadz Muliadi menuturkan kronologi peristiwa tersebut kepada DDHKNews. “Pada hari Sabtu, sehabis pulang dari Tai Po, kurang lebih sekitar jam 4 sore, saya mendapatkan informasi bahwa ada demo di kawasan Causeway Bay. Saya juga mendapatkan informasi di grup. Dari Tai Po saya naik bus nomor 307, jurusan Central,” cerita dai asal Medan, Sumatera Utara.

“Saat bus masuk kawasan Hong Kong Island, jalan masuk ke daerah North Point sudah ditutup. Bus pun dialihkan ke jalur lain yang tanpa macet dan tanpa pemberhentian. Sesampainya di kawasan Central, jalan sudah sangat macet. Para penumpang sudah panik dan ingin buru-buru turun dari bus. Begitu tiba di pemberhentian (bus stop) pertama, hampir semua penumpang turun. Hanya tersisa beberapa orang saja yang bertahan di dalam bus, termasuk saya,” kata Ustadz Muliadi.

“Karena bus ini masih bisa bergerak, kenapa saya tidak bertahan?” pikir Ustadz Muliadi saat itu.

Ternyata, di dekat bus stop tersebut sudah banyak demonstran yang mulai memblokir jalan. Akhirnya, tak jauh dari sana, sopir meminta semua penumpang yang masih bertahan untuk turun dari bus. “Setelah bus pergi dan satu per satu penumpang meninggalkan lokasi tempat diturunkan dari bus, tinggallah saya seorang diri. Saat itu, saya betul-betul tidak tau ke arah mana harus melangkah menuju daerah Causeway Bay,” ujarnya.

“Saya pun meraba-raba, kira-kira arah mana yang menuju ke Causeway Bay, tempat kantor Dompet Dhuafa Hong Kong berada. Alhamdulillah, saat itu HP saya masih hidup, sekitar beberapa persen lagi sisa baterainya. Saya masih bisa memeriksa arah melalui aplikasi Google Map. Selebihnya, saya mengandalkan insting saja,” cerita Ustadz Muliadi.

Ia pun terus berjalan, menyurusi jalan raya yang diyakininya menuju Causeway Bay. “Setelah berjalan sekitar setengah jam, kaki mulai terasa pegal-pegal dan perut mulai terasa lapar, saya pun beristirahat. Alhamdulillah, seusai mengisi kajian di majelis, saya dibekali banyak makanan,” lanjutnya, bercerita.

“Setelah makan, saya jalan lagi. Setiba di kawasan Wan Chai, saya mulai melihat banyak demonstran. Banyak ruas jalan yang diblokir oleh mereka. Di Wan Chai inilah saya merasakan mata pedih dan napas juga sesak. Mungkin karena sebelumnya ditembakkan gas air mata di sini. Dengan mata pedih dan napas agak sesak, saya terus berjalan, menembus kerumunan para demonstran. Sebab saya sudah yakin benar, ini jalan menuju Causeway Bay. Yang membedakan nasib saya dengan para pengunjuk rasa saat itu, mereka menggunakan masker dan perlengkapan pengaman diri lainnya, sedangkan saya tidak. Hanya mengenakan peci hitam dan jaket berlogo Dompet Dhuafa. Rasa pedih di mata dan sesak di dada pun semakin berat saya rasakan. Namun saya terus bertahan berada di antara kerumunan demonstran,” ujar ustadz yang sedang melakoni program doktoral di University of Malaya, Malaysia, ini.

Tak lama kemudian, dari jarak sekitar 10 meter dari posisinya berada, Ustadz Muliadi menyaksikan ada demonstran yang membakar toko. Alarm pun berbunyi dan mengundang polisi untuk datang. Setelah memberikan peringatan, polisi pun menembakkan gas air mata.

“Saya lihat banyak orang berlarian dari arah Causeway Bay ke arah saya berada. Namun saya terus melangkah maju menuju jalan pulang, sampai akhirnya saya tidak lagi kuasa menahan pedihnya mata. Saya pun ikut melarikan diri dari kepulan asap gas air mata, menjauh dari lokasi kerumunan aksi demo. Saya cuci muka dengan air mineral botolan yang saya bawa. Alhamdulillah, ada beberapa warga Hong Kong yang mendatangi dan membantu mencucikan muka. Mereka adalah peserta demo, tapi tim medis. Semua masih muda-muda. Saya juga diberikan cairan tetes mata. Kemudian, muka saya disemprot untuk menghilangkan efek pedih gas air mata,” tutur Ustadz Muliadi.

Setelah membantu meneteskan cairan pereda perih ke mata, mereka bertanya, “Anda mau ke mana dan apakah membutuhkan bantuan?” Saya jawab, “Tidak apa-apa, saya bisa pulang sendiri. Saya mau ke Causeway Bay.”

Setelah sempat melihat aksi kejar-kejaran antara polisi dan demonstran di kawasan dekat pusat belanja Sogo Causeway Bay, Ustadz Muliadi pun berjalan pulang ke kantor DDHK. “Sungguh malam yang penuh kesan bagi saya. Sebelumnya, saya belum pernah menyaksikan langsung aksi demo di Hong Kong. Hanya sebatas mendengar ceritanya saja dari kawan-kawan di sini. Tapi malam itu, bukan hanya menyaksikan langsung, tapi bahkan turut merasakan pedihnya terpapar gas air mata,” ujarnya. [Marlina]

Baca juga:

×