DDHK.ORG – Bau mulut bukan hanya masalah yang ditimbulkan karena mulut dipenuhi kuman atau jarang dibersihkan.
Hingga saat ini, bau mulut kerap dianggap sebagai masalah yang biasa untuk sebagian orang. Namun perlu diketahui, bau mulut yang tak enak bisa menjadi sebuah tanda penyakit jantung.
Salah satunya penyakit jantung koroner (CHD) yang dikenal juga sebagai penyakit jantung iskemik. Pada kondisi ini, suplai darah jantung tersumbat dan terganggu oleh penumpukan zat lemak di arteri koroner.
Dilansir dari Detik, penyakit ini menjadi penyebab 66 ribu kematian di Inggris setiap tahunnya dengan rata-rata 180 orang meninggal setiap harinya. Para peneliti di Global Health Institute Swiss menjelaskan bahwa bakteri yang disebut Fusobacterium nucleatum berkaitan dengan penyakit mengerikan tersebut.
Bakteri mulut dapat menyebabkan bau mulut hingga penyakit gusi. Namun, ilmuwan mengatakan, hal tersebut bisa menjadi faktor risiko CHD.
Pemimpin penelitian Flavia Hodel menjelaskan, pihaknya ingin mencari tahu peran infeksi dalam munculnya penyakit jantung koroner.
Tim peneliti lantas melakukan analisis data kesehatan, informasi genetik, dan juga sampel darah dari 3.456 orang. Dalam periode 12 tahun, sekitar 6 persen peserta mengalami serangan jantung atau kejadian kardiovaskular lainnya.
Tim peneliti juga menguji sampel darah peserta untuk mengetahui adanya antibodi terhadap 15 virus berbeda, 5 bakteri, dan 1 parasit. Hasil temuannya menunjukkan bahwa antibodi terhadap Fusobacterium nucleatum berkaitan dengan sedikit peningkatan risiko kardiovaskular.
“Fusobacterium nucleatum mungkin berkontribusi terhadap risiko kardiovaskular melalui peningkatan peradangan sistemik,” ucap Hodel dikutip dari Mirror, Senin (27/2/2023).
Jacques Fellay sebagai rekan Hodel pun menambahkan, memang ada hubungan terkait bakteri di mulut dan risiko masalah jantung.
“Karena adanya bakteri di mulut atau melalui kolonisasi langsung dari dinding arteri atau plak yang melapisi dinding arteri. Hasil kami dapat mengarah pada cara baru untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi. Atau meletakkan dasar untuk studi intervensi pencegahan yang mengobati infeksi Fusobacterium nucleatum untuk melindungi jantung,” tambah profesor di School of Life Sciences Swiss Fellay.
Tim penelitian lantas menyatakan, keberadaan Fusobacterium nucleatum dapat digunakan sebagai alat identifikasi pasien yang berisiko mengalami penyakit jantung koroner. Alat skrining ini bisa bisa membantu orang yang memiliki indikasi untuk melakukan pencegahan.
Terlebih, infeksi Fusobacterium nucleatum ini juga bisa diobati dan dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. [DDHK News]
Â