DDHK.ORG — Beberapa hari belakangan ramai jadi perbincangan tentang dua orang so called Crazy Rich yang berujung di balik jeruji besi. Pasti pembaca sudah tahu sosok yang sempat disebut-sebut sebagai sultan IK dan DS yang dengan kebiasaan pamer kekayaan, belakangan diketahui semua itu berasal dari bonus jadi affiliator aplikasi binary option berkedok trading saham padahal judi.
Kita kita akan bahas tentang aplikasinya tapi coba mengulik tentang trend gaya pamer kekayaan di media sosial yang sekarang marak. Bahasa gaulnya Flexing.
Dalam bahasa gaul atau slang words, kata flexing memiliki arti orang yang suka menyombongkan diri, biasanya pamer kekayaan. Sementara menurut Cambridge Dictionary, flexing menunjukkan sesuatu yang seseorang miliki atau raih tetapi dengan cara yang dianggap oleh orang lain tidak menyenangkan.
Dalam konteks dua orang yang saya sebut di awal, Flexing dilakukan untuk membuat orang lain menginkan apa yang diraih dengan tujuan marketing agar masyarakat tertarik ikut instal dan judi di aplikasinya.
Lalu terbersit dibenak saya, dalam sebuah kesempatan talkshow founder startup crowdfunding Kitabisa Muhammad Alfatih Timur memperkenalkan Alturistik narcissism yang secara sederhana berbarti mengabarkan, menunjukkan dan menyebarkan kegiatan baik yang telah kita lakukan.
Tentu tujuannya bukan untuk pamer dan menyombongkan diri, tapi sebagai ajakan kepada orang lain untuk melakukan kebaikan juga dan berharap bisa jadi inspirasi serta motivasi.
Saat istilah Flexing muncul dengan konotasi negatifnya, sepertinya ide Alturism narcissism bisa digunakan dengan memadukannya pada istilah Flexing, jadinya Alturism Flexing.
Di jaman ketika orang bangga dan pamer tindakan yang tidak terpuji menurut saya tidak jadi masalah jika kita juga mewartakan kebaikan yang kita lakukan, seperti yang tadi saya sampaikan bisa jadi ajakan, inspirasi dan motivasi untuk orang lain dalam berbuat kebaikan.
Bukanlah berlomba-lomba dalam hal kebaikan itu bagus? untuk lembaga sosial Alturism Flexing bisa jadi sarana promosi, portofolio dan transparansi program anggap saja laporan progres manfaat dan dampak dari program kebaikan yang pernah digagas.
Mengutip sebuah ceramah Gus Baha, beliau pernah mencontohkan Sayyidina Ali ra membagi sedekahnya dalam 4 bagian, 25% dilakukan secara terang-terangan, 25% dilakuakn secara sembunyi, 25% dilakukan saat malam hari dan sisanya saat siang hari.
Poin yang perlu diperhatikan adalah niatnya, yang penting bukan untuk menyombongkan diri dan riya, urusan apa persepsi orang terhadap tindakan kita selama itu dalam koridor kebaiakan itu di luar kuasa dan tanggung jawab kita.
So, dari pada Flexing untuk pamer harta, mending Flexing kebaikan. [Achmad Munandar, Founder Media Startup Campusnesia.co.id]