YES Committee Islamic Union of Hong Kong (IUHK), pada Ahad, 9 Februari 2025, lalu mengadakan kegiatan tur ke Masjid Stanley dan Masjid Chai Wan. Sebanyak 58 peserta, sebagaian besar merupakan para pekerja migran muallaf dari Filipina dan Indonesia, yang tergabung dalam Muslim Recreation Community (MRC) mengikuti kegiatan yang dipelopori oleh Brother Jaffar Hussain dan istri ini.
Tur ini juga diikuti oleh Brother Zaik Ali dan keluarga, Sister fateema dari IUHK, serta 2 orang muslimah Hong Kong. Dai Ambassador Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK) Ustadz Husnul Muttaqin, sebagai pembina Mualaf Class Helpers of Islam Group (HIG) Hong Kong juga turut mendampingi para peserta dalam mengikuti tur tersebut.
Tur yang digelar berbarengan dengan kegiatan maraton akbar di Negeri Beton itu mengambil titik berangkat di Masjid Ammar Wan Chai. Tepat jam 11.00, bus yang membawa rombongan tur berangkat menuju Masjid Stanley sebagai pemberhentian pertama.
“Sebelum berangkat, Brother Jaffar memberikan sambutan singkat. Sedangkan doa pemberangkatan dipimpin oleh Ustadz Husnul Muttaqin,” kata Lutfiana Wahid, salah satu aktivis HIG Hong Kong yang mengikuti tur.
Setelah menempuh perjalanan hampir 40 menit, rombongan tur tiba di Stanley. Dari gerbang penjara Stanley, rombongan berjalan kaki sekitar 100 meter menuju kawasan masjid.
Kedatangan rombongan tur disambut hangat oleh pengurus Masjid Stanley Brother Nesar dan Imam Afzal. Setelah sholat sunnah, kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan tentang sejarah masjid yang disampaikan oleh Brother Nesar.
“Pada awal abad ke-20, ada sekitar 400-an pekerja Muslim dari Pakistan dan India yang bekerja di departemen urusan penjara Hong Kong. Awalnya, markas besar penjara berada di Arbuthnot Road Central, sehingga kebanyakan dari mereka beribadah di Masjid Jamia. Namun, karena dilakukan relokasi markas besar dari Arbuthnot Road ke Stanley Prison yang berjarak cukup jauh, ada perintaan untuk membangun sebuah masjid di sekitar penjara, demi melindungi hak religi para staf Muslim penjara Stanley,” kata Brother Nesar dalam paparannya.
“Hingga akhirnya, Masjid Stanley dibuka pada 1 January 1937, dan ditunjuk sebagai Grade 1 Historical Building pada 18 Desember 2009 oleh Kantor Badan Penasihat Barang Barang Antik dan Monumen Hong Kong,” ujarnya.
Masjid tertua ke-4 di hong kong ini terletak di 53 Tung Tau Wan Road di dalam area Penjara Stanley. Masjid ini berbentuk memanjang, berwarna kuning soft klasik elegan yang memiliki balai sholat serambi dan halaman yang cukup luas. Meskipun keberadaanya tidak mentereng di tengah keramaian, namun pemandangan laut bebas dapat ditemui hanya berjarak beberapa langkah kaki saja dari masjid.
Setelah doa bersama yang dipimpin oleh imam Masjid Stanley, Imam Afzal, rombongan melanjutkan perjalanan tur ke Masjid Chai Wan.

Jam 13.00, rombongan tiba di Masjid Chai Wan. Kalau Masjid Stanley memiliki pemandangan laut lepas, masjid ini dikelilingi pegunungan yang indah. Setelah melaksanakan sholat Zuhur berjamaah, rombngan pun mengikuti kajian agama dan doa bersama yang dipimpin oleh imam besar Masjid Chai Wan.
“Selesai kajian kami dijamu makan nasi Briyani, makanan khas Pakistan. Mashaallah, alhamdulillah, sungguh acara yang sangat berkesan dan menyenangkan. Penuh keramahan dan kehangatan,” tutur Lutfiana.
Usai makan siang bersama, rombongan melakukan kegiatan ziarah ke pemakaman Muslim. “Kami menziarahi 3 makam sahabat mualaf Filipina dan 3 makam pekerja migran Indonesia (PMI) yang dikubur di Chai Wan. Doa saat ziarah dipimpin oleh Ustadz Husnul Muttaqin,” kata Lutfiana.

Ia pun membagikan informasi rute yang bisa ditempuh oleh warga Indonesia di Hong Kong yang ingin berziarah ke makam 3 PMI di Chai Wan. Dari Sector 2 makam, peziarah bisa mengambil arah jalan ke kanan hingga mendapati pohon besar makam bernomor 1686 atas nama Anisah. Persis di depannya, adalah makam Suko Endari. Tak jauh daris ana, bisa ditemui makam bernomor 1678 atas nama Nur Laily Badiatul Muyasaroh.
Usai ziarah kubur, pada jam 15.00 rombongan kembali ke Masjid Ammar Wan Chai.