Ujian Itu Mendewasakanku

SEBUT saja namaku Lala, BMI Hong Kong asal Blitar Jawa Timur. Sebelum berangkat kerja ke Hong Kong, sebenarnya aku sudah bekerja di daerah asalku, menjadi guru TPA.

Namun, karena gaji tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup, akhirnya aku putuskan untuk merantau ke Hong Kong. Apalagi mendengar kisah tetanggaku yang bekerja dapat majikan baik, bisa menyekolahkan adiknya ke jenjang yang lebih tinggi, membangun rumah untuk orangtua dan lainnya.

Belum lagi kisah kegiatan mereka ketika menghabiskan libur, membuatku penasarang ingin bekerja ke Hong kong.

Setiap orang mempunyai nasib yang berbeda, tak terkecuali aku. Tapi semua harus aku syukuri karena bisa sampai bekerja di sini dengan selamat. Semua butuh perjuangan, aku bekerja satu rumah dengan teman Indonesia lainnya. Namun karena ia lebih senior dariku, terkadang sikapnya “melebihi majikan”. Lebih sering mengatur, mengomel, dan berlagak layaknya bos.

Kalau masalah pekerjaan tidak masalah buatku, dia bekerja cari muka ketika ada bos sok rajin, itu aku maklumi. Namun, terkadang aku ingin menjerit ketika ia selain mengomel tentang pekerjaanku yang selalu salah. Ia bahkan melarang aku sholat, baca Qurán, serta ibadah lainnya. Padahal, ia sendiri berjilbab jika libur.

Bukan maksud hati menjelekkan yang berjilbab, tapi sungguh entah di mana hati nuraninya. Ketika aku sholat, dia protes. Katanya aku nyuri waktu. Sedangkan waktu sholat aku lakukan ketika istirahat, dia malah sibuk dengan teleponnya.

Ketika aku mengaji, dia protes katanya besok aku harus kerja pagi, jangan sok rajin ngaji. Padahal, majikan tidak melarang beribadah, yang penting kerjaan beres. Belakangan aku ketahui, dia punya jimat dari neneknya supaya majikan lunak hatinya. Sebal, terkadang ingin protes, tapi ia mengancamku, dengan mengatakan kepada majikan untuk memilih aku atau dia.

Majikan hanya diam. Setiap kesalahan yang ia lakukan, majikan seperti tutup mata. Terkadang ingin sekali aku mencari orang pintar agar kesulitan yang aku hadapi bisa segera musnah dan mencari pegangan yang lebih ampuh darinya.

Namun apakah ibadahku akan diterima, karena aku lebih mempercayai kekuatan lain selain Allah? “Musyrik, Lala! Kamu tidak boleh seperti dia!” kata batinku.

Yang aku lakukan saat ini adalah bersabar dengan semuanya, pasrah kepada Allah, kontrak kerjaku yang tinggal beberapa bulan lagi. Dari semua masalah yang aku hadapi, menambah kedewasaanku dalam berpikir dan bertindak. (Seperti dituturkan kepada Rima/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*

Exit mobile version