Mushalla dan Tempat Kebaktian Jadi Satu

Setelah perjalanan sekitar lima jam dari Jakarta lewat Kuala Lumpur, Malaysia, akhirnya kami touch down (mendarat) di Hong Kong Internasional Airport. Rombongan kami ada yang kena random check (pemeriksaan secara acak). Setelah melalui proses Panjang, alhamdulillah lolos. Atas bantuan mediasi lewat telepon General Manager Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK), Imam Baihaqi. Orangnya masih muda, tapi baik dan serba bisa. Program DD di Hong Kong di-handle (ditangani) sendiri dengan bantuan para relawan.

Kami shalat terlebih dulu di lantai 2 bandara. Ada tulisan “Prayer Room”. Bayangan awal saya, seperti Mushalla di bandara Soekarno Hatta atau di Kuala Lumpur. Ternyata berbeda. Tempat ibadah di sini multiguna; ada kursi untuk kebaktian. Tidak ada karpet. Apalagi sajadah.

Tempat wudhunya juga unik. Krannya rendah sekali, sehingga agak menyulitkan bagi yang sedikit agak tambun. Tapi perlu diapresiasi, karena bagaimanapun masih menyediakan Prayer Room, lengkap dengan petunjuk arah kiblatnya. Kemarin ada dai yang cerita, saat ke Thailand harus shalat di gudangnya cleaning service.

Hong Kong yang selama ini aku ketahui dari film-film layar lebar, ternyata menyimpan banyak romantika, dan ada sisi religiusnya. Airport terlihat lengang. Di sampingku ada bapak-bapak separuh baya yang asik membaca buku. Pandangannya tertuju ke buku, tapi ku yakin imajinasinya lebih jauh. Sejauh jarak Hong Kong-Serang.[]

__

Hong Kong, 9 Mei 2019

Sukron Makmun, Dai Ambassador Dompet Dhuafa Hong Kong

Exit mobile version