Dai Ambassador Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK), Ustadz Husnul Muttaqin, sudah menjalankan tugas dakwahnya selama 14 bulan di Negeri Beton. Pada hari Selasa (6/5/2025), beliau telah menyelesaikan masa tugasnya di Negeri Beton dan terbang kembali ke Indonesia.
“Insyaallah, pertemuan yang kesekian kalinya selama 14 bulan ini sudah cukup membangun kenangan dan memori yang bagus, kesan yang luar biasa, dan banyak kebaikan. Kita bersyukur kepada Allah bisa kenal, bisa ketemu, bisa bersama-sama. Semoga Allah meridhoi kita semua, mengampuni dosa-dosa kita, yang berakhir Allah pertemukan kita di surga,” kata Ustadz Husnul, mengawali kajian pagi bersama Tim Volunteer di kantor DDHK pada hari Ahad, 4 Mei 2025 lalu.
Kajian pada hari itu merupakan kajian agama terakhir yang dilakukan pria kelahiran Tongo, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat itu dalam rangkaian tugasnya di Hong Kong. Tampak hadir di acara tersebut Ibu Medya Putri, anggota Board of Directors DDHK dan belasan angggota Tim Volunteer DDHK.
Dalam kajian itu, Ustadz Husnul mengingatkan para jemaah yang hadir untuk tidak mengejar ridho manusia dalam menjalani hidup. Sebab, manusia itu tidak bisa ridho. Dalam arti lain, manusia itu tidak akan pernah puas dengan apa yang dimiliki dan didapatkan.
“Sebagai contoh, jika manusia dikasih 1 gunung emas, dia butuh 2 gunung emas. Jika sudah memiliki 2 gunung emas, dia butuh 3 gunung emas. Maka tidak akan pernah selesai,” ujar ustadz kelahiran November 1991 itu.
Maka dari, pesannya, dalam keseharian kita, jika kita beribadah tujuannya mencari keridhaan manusia, tidak akan pernah bisa. Sehingga, kita diperintahkan oleh Allah SWT hanya mencari ridho-Nya aja.
“Tidak akan ada kondisi dimana kita tidak akan terbebas dari komentar orang di sekitar kita. Dimanapun kita berada dan apapun kapasitas kita, komentar manusia itu tidak akan pernah hilang dari kita. Dan, manusia itu tidak akan pernah puas,” kata Ustadz Husnul.
Sebagai perpisahan dengan para volunteer yang selama ini mendapingi beliau saat bertugas dakwah di Hong Kong, alumni SMA Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Solo, Jawa Tengah, itu menyampaikan beberapa pesan penting sebagai pegangan hidup. “Pesan kami yang pertama, untuk diri saya pribadi dan kita semua, dalam hidup ini jangan mencari ridho manusia, tapi mencari ridho Allah, karena manusia gak akan pernah ridho. Jangankan orang lain, pasangan kita, orang tua kita belum tentu ridho,” ujarnya.
Manusia harus punya prinsip agar kita stabil secara psikologis. Ketika orang berkomentar atau ketika ada orang yang tidak suka, kita bisa bersikap masa bodo. Namun, kita jagan terus terus bersikap maa bodo, melainkan juga harus memperbaiki diri.
Tidak semua komenttar orang lain harus kita tampung di otak kita. Melainkan, harus diolah lalu kita pilih satu per satu. “Kita harus bisa mengolah, mana yang bisa membangun, mana yang penting, mana yang tidak penting. Ketika yang kritik membangun, maka kita harus memperbaiki diri. Sehingga dengan demikian, ini menjadi salah satu wasilah agar hidup kita tidak gampang stres, tidak gampang eror,” ujar Ustadz Husnul.
Pesan kedua, jangan pernah berhenti belajar membaca Al-Qur’an. “Kita tahu bahwa manusia tidak akan pernah hidup selama-lamanya. Kita tahu bahwa akhirat itu pasti akan datang. Kita akan dihisab: baik-buruknya. Sehingga, kita sebagai manusia butuh menyiapkan bekal akhirat kita nanti. Salah satu bekal terbaik itu adalah membaca Al-Qur’an. Ingat! Allah SWT tidak minta kita fasih seperti Imam Masjidil Haram, tapi Allah melihat usahanya. Yang jelas, setiap huruf yang kita baca akan dinilai 1 kebaikan yang dikalikan 10 kebaikan. Pahala yang diberikan tidak hanya untuk membaca saja. Proses belajar itu juga dinilai Allah SWT. Jadi bekal kebaikan itu belajar Al-Qur’an,” tutur alumni jurusan Aqidah-Filsafat International Islamic University Islamabad, Pakistan itu.
Beliau pun menyampaikan hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِصَاحِبِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya.”
“Jangan pernah minder, jangan pernah merasa malu dalam kebaikan dalam belajar ngaji. Allah menilai usaha kita,” kata Ustadz Husnul.
Ia mengingatkan bahwa pekerja migran Indonesia bekerja di Hong Kong merupakan pekerjaan mulia. Dengan alasan beragam yang semuanya luar biasa.
Untuk itu ia berpesan, “Bekerjalah dengan baik, jujur, dan semangat. Karena pekerjaan yangdi lakukan bernilai ibadah,” ujarnya.
Pria yang pernah bergabung dalam progrm Pesantren Muallaf Indonesia Dompet Dhuafa itu juga menejelasakan bahwa Islam tidak menilai seseorang dari pekerjaan, titel, dan status sosialnya. “Petani bisa lebih mulia dari presiden. petani bisa lebih mulia dari anggota DPR, tergantung pada bagaimana Anda mendapatkan harta dan bagaimana Anda mengeluarkan harta itu. Kemuliaan pekerjaan itu tidak terletak pada status sosial bahkan pada titelnya. Akan tetapi, bagaimana Anda mendapatkannya dan memakainya,” kata Ustadz Husnul.
Pesan terakhirnya, marilah kita menjadi orang yang berlapang dada, yang bisa saling memaafkan satu sama lain. Memaafkan adalah ibadah hati ibadah yang luar biasa, ibadah yang jauh lebih berat dari ibadah fisik.
“Bahkan orang yang sholat tidak sah sholatnya jika tidak ikhlas,” ujar ayah dua anak ini. (Artikel: Lutfiana Wahid).