Tuntunan Rasulullah SAW dalam Pernikahan dan Pergaulan di Tengah Keluarga

Keharusan mengetahui petunjuk Rasulullah SAW

Dari sini dapat diketahui urgensi kebutuhan hamba yang tidak bisa ditawar tawar lagi untuk mengetahui petunjuk yang dibawa Rasulullah SAW. Sebab, tidak ada jalan untuk mendapatkan keberuntungan kecuali lewat petunjuk itu. Yang baik dan yang buruk tidak bisa dikenali secara terinci kecuali dari sisi petunjuk itu. Apapun kebutuhan yang datang dan apapun urgensi yang muncul, maka urgensi hamba dan kebutuhannya terhadap Rasul ini jauh lebih penting lagi.

Apa pendapatmu tentang orang yang engkau pun sudah putus asa untuk memberinya petunjuk? Tidak ada yang bisa merasakan hal ini kecuali hati yang hidup. Sebab orang yang mati tidak lagi merasakan sakit. Jika kebahagiaan tergantung kepada petunjuk Rasulullah SAW, maka siapapun yang menginginkan keselamatan bagi dirinya harus mengenal dan mengetahui petunjuk, sirah, dan kedaan beliau, agar dia terbebas dari jerat orang orang yang bodoh. Dalam hal ini manusia ada yang mendapat sedikit, mendapat banyak, dan ada pula yang sama sekali tidak mendapatkannya. Karunia hanya ada di tangan Allah, yang diberikan kepada siapa pun yang dikehendakiNya.

Tuntunan Rasulullah SAW dalam pernikahan dan pergaulan di tengah keluarga

Diriwayatkan secara shahih dari Nabi SAW, dari hadits Anas, bahwa beliau bersabda, “Yang dijadikan paling kucintai dari keduniaan kalian adalah wanita dan minyak wangi. Dan kesenangan hatiku dijadikan ada dalam shalat.” (diriwayatkan An Nasai, Ahmad, dan Al Hakim)

Beliau diberi kekuatan 30 kali dalam jima’, sehingga beliau pernah menggilir beberapa istri dalam satu malam. Allah membolehkan yang demikian ini bagi beliau, yang tidak dibolehkan bagi yang lain dari umatnya. Tapi beliau tetap mengadakan pembagian di antara mereka dalam tempat tinggal dan nafkah.

Kehidupan beliau bersama para istri merupakan pergaulan yang amat baik, penuh dengan sajian akhlak yang mulia, beliau pernah mengirim beberapa anak perempuan dari kalangan Anshar kepada Aisyah agar mereka bermain bersama.

Jika Aisyah minum dari suatu gelas, maka beliau mengambil gelas itu dan ikut meminumnya pada bagian gelas yang diminum Aisyah sambil membaca Al Qur’an. Padahal, boleh jadi Aisyah sedang haid.

Beliau menyuruh Aisyah untuk mengenakan kain karena dia sedang haid, lalu beliau mencumbunya. Beliau juga pernah memeluk Aisyah ketika beliau sedang berpuasa. Beliau pernah mengajak Aisyah adu lari, menonton berdua orang orang Habasyah yang sedang bermain di dekat masjid, sementara Aisyah bersandar di bahu beliau.

Ini semua menunjukkan kelembutan dan kehalusan beliau dalam mempergauli istri. Jika hendak mengadakan perjalanan, maka beliau mengundi di antara istri istrinya. Siapa yang namanya keluar, maka dialah yang berhak menyertai perjalanan beliau.

Kerena itu beliau bersabda, “Sebaik baik orang di antara kalian ialah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” (Diriwayatkan At Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Seusai mengerjakan shalat Ashar beliau berkeliling di antara istri istrinya, untuk mengetahui keadaan mereka semua. Jika tiba malam hari, beliau berada di rumah salah seorang istri yang mendapat giliran.

Aisyah berkata, “Beliau tidak melebihkan sebagian di antara kami atas sebagian yang lain dalam masalah membagi giliran bermalam. Hampir tak sehari pun melainkan beliau berkeliling di antara kami semua, mendekati setiap istri yang dikunjungi tanpa berjima’ dengannya hingga tiba di rumah istri terakhir yang menjadi giliran bermalam.”

Dinukil dari terjemahan kitab Zadul Ma’ad (Bekal Perjalanan ke Akhirat) karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah [DDHKNews]

Exit mobile version