Tetaplah dalam Keimanan dan Menyeluruh (Tafsir QS An-Nisaa’: 136)

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS An-Nisaa’: 136).

Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi, menyebutkan, menurut riwayat Abu Shalih dari Ibn Abbas, ayat di atas turun berkaitan dengan imannya kaum Yahudi yang bernama Abd Allah bin Salam, Asad bin Ka’b, Usaid binj Ka’b, Tsa’labah bin Qais, Salam keponakan Abdullah bin Salam, dan Yamin bin Yamin. Mereka setelah masuk Islam menghadap Rasul SAW dan menyatakan:

Wahai Rasul Allah kami beriman padamu, pada kitabmu, pada Musa, Taurat, dan Uzair. Namun kami menolak pada yang lain dari itu baik kitab-kitab, maupun para rasul yang lain).

Maka, Rasulullah Saw bersabda, “Bahkan, hendaknya kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad, beserta kitab-Nya, al-Qur’an, dan seluruh kitab yang diturunkan sebelum itu.” Mereka berkata, “Kami tidak akan melakukannya”. Maka turunlah ayat ini, kemudian mereka semua beriman.

Menurut Tafsir Jalalain, “Hai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu” artinya tetaplah beriman (kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan-Nya kepada rasul-Nya) Muhammad saw. yakni Alquran (serta kitab yang diturunkan-Nya sebelumnya) maksudnya kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para rasul, dan menurut satu qiraat kedua kata kerjanya dalam bentuk pasif. (Dan siapa yang ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat, maka sungguhnya ia telah sesat sejauh-jauhnya) dari kebenaran.

Menurut Tafsir Depag RI, pada ayat ini Allah SWT menyeru kaum Muslimin agar mereka tetap beriman kepada Allah, kepada Rasul Nya Muhammad saw. kepada Alquran yang diturunkan kepadanya, dan kepada Kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul-rasul sebelumnya.

Kemudian Allah SWT mengancam orang-orang yang mengingkari seruan-Nya. Barangsiapa mengingkari Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan hari akhirat, maka orang-orang itu benar-benar telah tersesat dan jalan yang benar, yaitu jalan yang akan menyelamatkan mereka dari azab yang pedih dan membawanya kepada kebahagiaan yang abadi.

Iman kepada Kitab-kitab Allah dan kepada Rasul-rasul-Nya, adalah satu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tidak boleh beriman kepada sebagian Rasul dan Kitab saja, tetapi mengingkari bagian yang lain seperti dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Iman serupa ini tidak dipandang benar, karena dipengaruhi oleh hawa nafsu atau hanya mengikuti pendapat-pendapat dan pemimpin-pemimpin saja.

Apabila ada orang yang mengingkari sebagian Kitab, atau sebagian Rasul, maka hal itu menunjukkan bahwa ia belum meresapi hakikat iman itu, karena itu imannya tidak dapat dikatakan iman yang benar, bahkan suatu kesesatan yang jauh dari bimbingan hidayah Tuhan. Wallahu a’lam bish-shawabi. (ed/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org/dompetdhuafa.org).*

Exit mobile version