Tahun Naga, Ibu Hamil Hong Kong Menderita

Tahun Naga menjadi tahun dambaan para warga Cina. Sayangnya kebahagiaan shio ini malah membuat para perempuan Hong Kong menderita.  Masalah muncul bagi para perempuan Hong Kong yang hamil. Mereka kesulitan mendapatkan rumah sakit untuk melahirkan karena habis dipesan oleh perempuan Cina daratan.

Puluhan ribu perempuan Cina daratan memang berbondong-bondong untuk melahirkan di daerah bekas koloni Inggris ini. Mereka memesan tempat di rumah sakit yang secara otomatis menaikkan harga layanan rumah sakit. Melahirkan bayi di kota bagian selatan yang mewah serta relatif bebas ini memberikan anak hak tempat tinggal dan pendidikan. Ini juga menjadi celah kebijakan Cina yang hanya boleh memiliki satu anak saja.

Seorang perempuan Hong Kong, Michele Lee, 38 tahun, akan melahirkan anak keduanya April nanti. Tetapi rupanya dia sudah menemui kesulitan meski sudah lewat waktu awal tahun baru Cina. Mengetahui akan melahirkan anak di tahun baru semula cukup menggembirakan karena memang dia tak merencanakan kehamilannya.

Begitu mengetahui dia hamil, dia mencoba untuk memesan tempat untuk melahirkan. Sayangnya dia terlambat. “Saya tak bisa memilih rumah sakit meski kami sanggup membayar. Padahal, saya dan suami adalah warga Hong Kong,” katanya.

Kesulitan tak hanya muncul saat akan melahirkan. Atas saran temannya, Michele Lee sebaiknya juga mulai mendaftarkan calon bayinya di taman kanak-kanak atau sekolahnya. Dia harus berjuang untuk itu.

Tahun lalu, para perempuan Cina daratan menyumbang lebih dari 38 ribu dari 80 ribu kelahiran. Para perempuan Hong Kong baru-baru ini pun turun ke jalan memprotes masuknya para perempuan Cina daratan ke Hong Kong.

Pemerintah setempat sudah mengantisipasi ledakan bayi ini dengan memperketat aturan masuk serta pengawasan di perbatasan dan rumah sakit untuk melahirkan. Pada Tahun Naga di tahun 2000, persentase kelahiran melonjak 5,6 persen dari tahun sebelumnya.

Tetapi para perempuan Cina daratan ini lebih pintar. Mereka berusaha menyamarkan perut mereka dengan pakaian longgar atau menyewa apartemen di Hong Kong pada awal kelahiran untuk menghindari pemeriksaan. Ada pula beberapa perempuan yang putus asa bahkan terpaksa menunggu hingga menit terakhir memaksa masuk ke bangsal darurat di Hong Kong.

Dr Cheung Tak Hong, Kepala Departemen Kandungan RS Prince of Wales Hong Kong—sebuah rumah sakit pemerintah di dekat perbatasan–mengatakan para kondisi tersebut sangat berisiko untuk ibu hamil dan bayinya. “Kami tak memiliki rekam medis. Kami juga tidak mengenal mereka yang tiba-tiba datang untuk persalinan,” ujarnya. “Ini menekan para staf di sini.”

Dia tak menyalahkan para perempuan yang mencoba mencari peluang yang lebih baik. Dia mengatakan sebelum Hong Kong kembali ke Cina, perempuan Hong Kong pun melakukan hal yang sama. (Asia One/Tempo).*

Exit mobile version