Shalat di Jalanan Paris Jadi Isu Politik

DDHK News — Kumandang adzan terdengar dari pengeras suara yang bertengger di kap mobil. Sesaat kemudian ratusan Muslim bersujud, menyentuhkan dahi mereka ke tanah, membentuk lautan punggung di jalan.

Adegan itu biasa terjadi bukan di pusat kota Kairo, Mesir, tapi di jalan pasar yang sibuk di Paris utara, beberapa langkah dari basilika Sacre Coeur. Bagi penduduk setempat, itu berita lama: beberapa orang shalat di jalan, saat hujan ataupun tidak, selama beberapa dekade.

Sholat Jumat di jalan pasar berakhir secepat mereka mulai, dengan ratusan jamaah mengemasi alas mereka dan kembali ke bekerja. Penyebab mereka shalat di jalan antara lain ruangan masjid terlalu kecil untuk menampung jamaah.

“Sederhana saja (mengapa mereka shalat di jalan) yaitu ruangan masjid tidak cukup buat mereka,” kata Hakim El Karoui, kepala Institut Kebudayaan Islam. “Tidak heran jamaah meluber ke jalan.”

Bagi Marine Le Pen, politisi sayap kanan anti-Islam yang mengambil alih kepemimpinan ayahnya akhir pekan ini sebagai pemimpin partai sayap kanan Front Nasional, hal itu adalah bukti bahwa kaum Muslim “mengambil alih” Prancis dan menjadi kekuatan pendudukan. Ia mengatakan hal itu bulan lalu .

Komentarnya menyebabkan kehebohan saat ia meminta kaum Muslim yang shalat di jalan itu pulang. Ia menilai Islam “mengancam nilai-nilai sekuler negara” di tengah kian meningkatnya kecemasan tentang alih peran kaum Muslim dalam masyarakat Prancis dalam beberapa tahun terakhir.

Lebih dari dua pertiga rakyat Prancis dan Jerman menilai integrasi Muslim ke dalam masyarakat mereka telah gagal, menurut IFOP dalam survei yang dipublikasikan tanggal 5 Januari lalu.

Di Prancis, Islam adalah agama terbesar kedua setelah Katolik. Sebanyak 42 persen warga Prancis melihat Islam dan kaum Muslim sebagai ancaman bagi identitas nasional negara.

“Ini telah menjadi isu politik penting,” kata Frederic Dabi, kepala bidang penelitian IFOP. “Jamaah shalat di jalanan dan persepsi yang berkembang tentang pengaruh Islam dipandang menyisihkan nilai-nilai sekularisme Prancis.”

Isu shalat di jalan dimanfaatkan Front Nasional untuk mendongkrak popularitas menjelang pemilihan presiden. Sebuah jajak pendapat yang dipublikasikan TNS Sofres pekan ini menunjukkan, dukungan untuk Front Nasional tumbuh sebesar 12 persen sepanjang tahun lalu. (Mel/Reuters/News Yahoo!).*

Exit mobile version