Pemerintah Cina Terus Menindas Muslim Uighur

Pemerintah Cina menghukum penjara seumur hidup dua orang Muslim Uighur untuk kejahatan yang tidak diketahui. Kedua Muslim itu dideportasi dari Kamboja setelah meminta suaka. Organisai Uighur American Association (UAA) mengecam pemerintah Cina yang secara diam-diam meminta ekstradisi dua Muslim Uighur kepada pemerintah Kamboja.

Presiden UAA, Alim Seytoff, mengatakan, pemerintah Cina mendeportasi secara paksa kedua Muslim Uighur yang meminta suaka politik dari pemerintah Kamboja itu.  “Kami mengkhawatirkan akan terjadi perlakuan brutal oleh pemerintah Cina kepada mereka,” kata Alim.

Kedua Muslim Uighur –penduduk mayoritas di Provinsi Xinjiang Cina– bernama Nurahmet Kudret (35) dan Islam Urayim (32) diadili secara rahasia di Xinjiang. Mereka lalu dipenjara secara terpisah di ibukota Urumqi atas kejahatan yang tidak diketahui. Mereka termasuk dalam kelompok 20 Muslim Uighur yang mencari suaka di Kamboja pada Desember 2009, setelah terjadi kerusuhan di Xinjiang pada Juli 2009.

Mengutip kelompok hak asasi, Radio Free Asia mengatakan, para pencari suaka telah melarikan diri dari penganiayaan karena mereka telah menyaksikan pasukan keamanan China menangkap dan menggunakan kekuatan mematikan terhadap demonstran Uighur selama kerusuhan Juli 2009.

World Uighur Congress (WUC) yang berbasis di Munich, Jerman, tahun lalu mengatakan, negara-negara Asia telah memulangkan paksa setidaknya 180 orang Uighur ke Cina sejak tahun 2001.

Dalam kongresnya di Munich, Presiden WUC Rebiya Kadeer mengatakan, Cina menolak untuk mengkonfirmasi keberadaan Muslim Uighur, mengacu pada laporan media yang mengatakan empat orang dijatuhi hukuman mati setelah mereka kembali ke Cina dan 14 lainnya dipenjara seumur hidup.

“Muslim Uighur secara paksa dikembalikan ke Cina dengan risiko penyiksaan ekstrem, penahanan, dan penghilangan paksa,” kata Rebiya.

Muslim Uighur, minoritas Muslim berbahasa Turki yang berjumlah lebih dari delapan juta, terus menjadi korban tindakan keras aparat keamanan Cina. Kaum Muslim menuduh pemerintah Cina menempatkan jutaan etnis Han di wilayah mereka (Xinjiang) dengan tujuan utama menghapus identitas dan budaya Islam warga Uighur.

Beijing memandang wilayah Xinjiang yang luas sebagai aset yang tak ternilai karena lokasinya strategis, dekat Asia Tengah, dan memiliki kandungan minyak dan cadangan gas yang besar. (Mel/Onislam.net/ddhongkong.org).*

Exit mobile version