Para Pemimpin Muslim Desak Barat Hentikan Serangan terhadap Islam

Para raja, emir, dan presiden dari negara-negara Muslim mendesak dunia Barat untuk menghentikan serangan-serangan terhadap Islam. Desakan itu dikemukakan dalam forum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Mereka memperingatkan, serangan-serangan itu merupakan ancaman bagi keamanan internasional.

Dalam pidato di Majelis Umum PBB, para pemimpin Muslim dunia mengatakan, “Islamophobia” menyebabkan meningkatnya kesenjangan Muslim-Barat. Salah satu menteri negara Arab mengingatkan masyarakat internasional atas adanya “benturan peradaban”.

Kantor berita AFP sebagaimana dikutip The Australian (29/9) mengabarkan, kasus pembakaran Al-Quran, penentangan atas rencana pembangunan masjid di dekat lokasi serangan 11 September 2001 di New York, dan serangan-serangan terhadap simbol-simbol Islam di negara-negara Eropa telah menjadi bahan pembicaraan utama bagi bangsa-bangsa Muslim.

Emir Qatar, Syeikh Hamad bin Khalifa Al-Thani, dalam pidatonya di forum PBB itu mengutuk upaya untuk menghubungkan Islam dengan terorisme. Ia menyalahkan kampanye “perang melawan teror” yang dideklarasikan Amerika setelah peristiwa 11 September.

“Kami tidak setuju dengan atribusi terorisme ini dikaitkan dengan agama Islam karena ini –selain sama sekali salah– adalah sebuah ketidakadilan historis yang disangkal oleh bukti sejarah,” katanya.

Dia mengatakan, aksi-aksi kekerasan di Amerika, Eropa, dan Asia pada akhir abad 20 tidak pernah dicap sebagai terorisme Amerika, Eropa, atau Asia.

”Kekerasan ini dilatarbelakangi kasus-kasus politik, ekonomi, sosial, dan bahkan ideologis, tanpa menghubungkannya dengan suatu negara, agama, atau ide tertentu.”

Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Abul Gheit, juga mengecam diasosiasikannya perilaku segelintir kaum Muslim dan Islam.

Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, mengatakan bahwa 1,5 miliar Muslim dunia tersinggung dengan adanya “upaya pembusukan Islam” di negara-negara Barat. “Ini mengintensifkan kesenjangan antara dunia Islam dan Barat,” katanya.

Razak mengatakan pertempuran yang saat ini terjadi antara kaum moderat dan ekstremis dalam semua agama.

Menyoroti serangan terhadap kuburan Muslim di Prancis dan tindakan-tindakan lain di Eropa, Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI), Ekmeleddin Ihsanoglu, membandingkannya dengan fenomena gerakan anti-Semit tahun 1930-an.

Dia mengatakan, para pemimpin Eropa harus menjadi lebih sadar akan apa yang ia sebut “fenomena berbahaya” dan mengambil tindakan dengan para pemimpin Muslim. (Mel/ddhongkong.org).*

Exit mobile version