Muslim Muzaffarnagar India Kedinginan di Kamp Pengungsi

DDHK News, India — Orang tua Rashida, seorang anak perempuan berusia tiga tahun, tidak bisa membayangkan kehidupan gadis kecil mereka berakhir di sebuah kamp pengungsian. “Putri saya terlihat ceria sampai Selasa malam,” kata sang ayah, Mohammad Momin, kepada India Today (2/1).

“Kami telah menyalakan api unggun dari sampah yang dikumpulkan di kamp. Istri saya membawanya ke tenda sekitar tengah malam,” ujar Momin, yang tinggal bersama keluarganya di kamp Manna Maja di distrik Shamli sejak kerusuhan anti-Muslim meletus di Muzaffarnagar, tambahnya.

Sebagai anak-anak dunia menyambut tahun baru dengan keluarga mereka, Rashida menghembuskan napas terakhir di kamp yang kotor setelah keluarganya tidak bisa menemukan dokter untuknya.

“Rashida kedinginan dan demam tinggi di pagi hari. Tidak ada dokter atau staf medis di dekat kamp. Dia meninggal sebelum saya bisa membawanya ke seorang dokter di Shamli,” sang ayah.

“Kami tidak tidur di malam hari karena tenda-tenda yang bocor. Kami juga tidak dapat memasak makanan karena bata perapian kami basah. Pejabat yang memaksa kami untuk meninggalkan kamp,” katanya.

Dengan kematian Rashida itu, jumlah korban tewas di kamp-kamp pengungsian mencapai 35 orang.

Laporan tentang kematian di kamp pengungsian umat Islam yang melarikan diri kerusuhan di Muzaffarangar dibantah keras oleh pemerintah daerah.

A.K. Gupta, sekretaris daerah negara bagian Uttar Pradesh, menyatakan cuaca dingin tidak bisa menjadi alasan untuk kematian.  Gupta mengatakan, jika cuaca dingin membunuh orang, tak seorang pun akan selamat di Siberia.

Kerusuhan terjadi Agustus lalu ketika bentrokan Hindu-Muslim meletus di Muzaffarnagar, bagian barat Uttar Pradesh, India. Kerusuhan mengakibatkan setidaknya 60 orang tewas dan memaksa sekitar 70.000 Muslim meninggalkan rumah mereka. Kerusuhan kembali pecah 31 Oktober dan mengakibatkan empat orang meninggal dunia. (mel/onislam.net/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*

Exit mobile version