Muslim Afrika Tengah dalam Bahaya

DDHK News, Afrika Tengah — Amnesty International mengatakan, pasukan penjaga perdamaian gagal mencegah pembersihan etnik Muslim di Republik Afrika Tengah. Organisasi hak asasi manusia (HAM) internasional itu menyebutkan, serangan-serangan milisi Kristen menyebabkan “warga Muslim meninggalkan tempat asal mereka dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya”.

Penduduk yang beragama Islam di Republik Afrika Tengah diserang, setelah pasukan pemberontak Seleka yang umumnya Muslim merebut kekuasaan tahun lalu.

Mereka dituduh membunuh serta memperkosa warga Kristen dan menghancurkan desa-desa Kristen.

Pemimpin Seleka mengundurkan diri Januari lalu tetapi langkah tersebut tidak mampu meredam kekerasan.

Milisi-milisi Kristen yang menyebut diri sebagai pasukan pembela diri atau anti-balaka melakukan aksi balas dendam sehingga memaksa penduduk Muslim melarikan diri dari Bangui dan kota-kota lain.

Amnesty International mengatakan, sebagian penjaga perdamaian internasional “menyetujui diam-diam kekerasan dalam kasus-kasus tertentu membiarkan milisi anti-balaka mengisi kevakuman kekuasaan yang ditinggalkan oleh kelompok Seleka.”

Sementara itu Program Pangan Dunia mengatakan pesawat pertama yang mengangkut bantuan telah tiba di Bangui.

Pesawat mengangkut 82 beras yang didatangkan dari Kamerun. Namun lebih dari satu orang memerlukan bantuan pangan. Pertempuran di Republik Afrika Tengah mempersulit penyaluran bantuan melalui darat.

Sebelumnya Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan, kekerasan sektarian bisa memecah negara itu menjadi wilayah Muslim dan Kristen.

Milisi Kristen Hancurkan Masjid

Bergerak dari satu daerah ke daerah lain, massa Kristen telah menargetkan tempat-tempat ibadah Muslim di Afrika Tengah, membunuh Muslim dan menjarah  barang-barang mereka.

“Dari 36 masjid yang awalnya berdiri di Bangui, hari ini, mereka tinggal kurang dari sepuluh,” Imam Oumar Kobine Layama, seorang pemimpin komunitas Muslim di Afrika Tengah, mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Rabu 12 Februari. demikian lansir onislam.net.

Selama beberapa minggu terakhir, ribuan Muslim sipil yang ketakutan melarikan diri dari pembunuhan, penjarahan dan pelecehan oleh milisi bersenjata yang berasal dari milisi anti-Balaka.

Meskipun terjadi peningkatan serangan yang menargetkan masjid, beberapa Muslim Afrika Tengah menemukan masjid  di distrik Kilometer 5 sebagai tempat berlindung yang tersisa untuk ribuan muslim.

“Kami biasa untuk hidup harmoni dengan orang-orang Kristen di negara ini selama bertahun-tahun,” Marriam, seorang wanita tua yang berlindung di sebuah masjid  di Kilometer 5, mengatakan kepada Anadolu Agency.

“Kami tidak tahu siapa yang meracuni pikiran mereka untuk memulai pembunuhan ini. Ini adalah negara kami, tapi mereka mengatakan kepada kami untuk meninggalkan atau mereka akan membunuh kami,” tambah Marriam sambil menangis.

Masjid pusat di distrik Kilometer 5 berfungsi sebagai fasilitas pengungsi di mana anak-anak bermain, perempuan  memasak dan laki-laki berpatroli untuk memastikan keamanan. (bbc.co.uk/onislam.net/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*

Exit mobile version