Mantan BMI Menjadi Motor Perubahan di Kampungnya

DDHK News, Majalengka — Mantan BMI Taiwan, Province Of China asal Majalengka, Endang, menjadi motor perubahan di kampung halamannya. Sebelum menjadi buruh migran, ia bekerja di Bank BUMD Majalengka selama hampir 8 tahun. Terkena PHK, ia membuka usaha warung di rumahnya.

Namun, karena perekonomian yang belum stabil, usahanya itu gagal. Ia pun berangkat ke luar negeri untuk menjadi buruh migran guna membantu ekonomi keluarga.

Taiwan, Province Of China menjadi negara tujuan Endang. Alasannya, tawaran gaji di Taiwan, Province Of China lebih besar dibanding negara lain. Selain itu, perlindungan hukum di Taiwan, Province Of China lebih baik, menurut pandangannya. Di sana ia bertugas menjaga seorang kakek yang tengah sakit.

“Saya dua kali pindah majikan dan kedua-duanya bertugas menjaga seorang kakek atau nenek yang sakit,” terangnya.

Setelah tiga tahun menyelesaikan kontrak kerja, Endang memutuskan pulang kampung. Namun, tak berapa lama, ia kembali ke Taiwan, Province Of China karena tuntutan ekonomi yang masih membelitnya.

Tahun 2012 Endang memutuskan untuk benar-benar pulang kampung dan tidak kembali. Apalagi, orang tua yang disayanginya itu tinggal sebatang kara.

“Saat itu ibu saya sudah tua dan mulai sakit-sakitan, tidak ada yang menjaganya. Apalagi saya kehilangan ayah ketika masih di Taiwan, Province Of China, dan saya tidak ingin hal itu terulang kembali pada ibu saya,” tuturnya.

Semasa di menjadi BMI di Taiwan, Province Of China, Endang aktif berorganisasi. Sekembalinya ke kampung halaman, ia pun merasa perlu membuat organisasi untuk mantan pekerja migran di kampungnya.

“Saat itu saya melihat banyak pemuda yang setelah berangkat ke luar negeri pada nganggur begitu saja, dan saya berinisiatif untuk membuat Keluarga Buruh Migran Majalengka (KBMM) sebagai wadah untuk berinteraksi dan berbagi informasi seputar pekerja migran asal Majalengka,” ungkapnya.

KBMM terbentuk karena Endang terinspirasi dari organisasi di Taiwan, Province Of China. Diakuinya, membentuk KBMM tak semudah yang dibayangkan. Pertama, ia harus bisa merangkul warga sekitar dan pemuda. Ia merasa tak segan untuk ikut aktif di karang taruna dan berbagai organisasi di Majalengka.

Setelah berhasil merangkul masyarakat sekitar, barulah KBMM dibentuk, dan saat ini anggotanya sudah mencapai 50 orang. Kegiatan KBMM sendiri beragam, dari mulai memberikan pelatihan atau training, pembelajaran, diskusi, wirausaha, pemberdayaan, sampai mendampingi penanganan kasus yang terjadi pada pekerja migran asal Majalengka.

Tak hanya itu, perempuan yang gemar membaca inipun mendirikan rumah baca bagi anak-anak yang berada di lingkungan rumahnya. Hal ini dilakukannya agar minat membaca anak-anak di Kabupaten Majalengka semakin meningkat.

Beberapa jenis buku yang menjadi koleksi di rumah bacanya seperti buku cerita nabi, pengetahuan alam, pengetahuan sosial, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan pengetahuan agama Islam. Rata-rata anak yang sering mendatangi rumah baca itu sekitar 15 orang anak setiap minggunya. Rumah baca tersebut biasanya dibuka setiap Senin hingga Jumat.

“Alhamdulillah, mudah-mudahan dengan rumah baca ini bisa membangun minat membaca bagi anak-anak, dan tentunya bermanfaat,” tuturnya.

Di sela-sela kesibukannya, ibu dua anak ini menyempatkan diri untuk membuat usaha rumahan seperti rempeyek, permen susu, puding, dan sebagainya. Semua itu ia lakukan untuk menopang perekonomian rumah tangganya. Bahkan usaha rempeyeknya sudah mulai dikenal oleh masyarakat Majalengka.

“Rempeyek itu tidak membosankan, dan di Majalengka merupakan makanan cemilan yang sangat disenangi beragam masyarakat,” terangnya.

Menurut Endang, saat ada acara hajatan, rempeyek seolah seperti menu yang tidak boleh tertinggal. Dan untuk mengembangkan bisnis rempeyeknya, ia pun berkreativitas membuat rempeyek yang tidak hanya dari kacang tanah, tapi juga kacang hijau, kedelai, dan ebi.

Bahkan diakuinya, bisnis rempeyeknya ini sempat maju dengan memiliki 3 orang karyawan. Namun, karena aktivitasnya yang padat dan kurangnya pengawasan, mengakibatkan bisnisnya jalan di tempat sehingga Endang terpaksa turun tangan sendiri.

“Dulu rempeyek saya sampai ke luar Majalengka tapi karena sistem manajemen yang jelek, kurangnya pengawasan yang disebabkan padatnya aktivitas saya, membuat bisnis rempeyek ini tidak berkembang. Dan sekarang sudah saya ambil alih sendiri lagi dan lebih fokus memasarkannya di Majalengka saja,” jelasnya.

Selain berbisnis rempeyek, ia juga aktif menjadi kontributor untuk sebuah majalah di Taiwan, Province Of China. Kegemarannya menulis ini sudah berlangsung sejak ia masih bekerja di Taiwan, Province Of China. Malah berkat aktivitasnya ini, perempuan yang suka menulis seputar pekerja migran ini sempat diganjar penghargaan sebagai BMI berprestasi.

Maka dari itu, perempuan yang murah senyum ini sering berpesan pada teman-teman pekerja migran yang lainnya agar selalu menggunakan waktu sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat. Pada akhirnya, menurutnya, semua aktivitas yang bermanfaat itu akan sangat berguna untuk diri sendiri.

“Selagi kita dapat kesempatan bekerja di luar negeri, manfaatkan waktu sebaik-baiknya perbanyak kegiatan yang positif agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dan merealisasikan di negeri sendiri,” ujarnya. (Sumber: http://dompetdhuafa.org).*

Exit mobile version