Khutbah Idul Adha: Momentum Wujudkan Keimanan dan Keikhlasan Beribadah dengan Berkurban

Kegembiraan bagi kita semua umat Islam dengan datangnya hari Id yang mulia dan penuh keberkahan ini, hari raya kurban, hari raya kegembiraan dan suka cita. Hari raya yang Allah hadiahkan kepada kita umat Islam, hari raya yang dipenuhi dengan cahaya tauhid dan iman serta ketaatan kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Pada hari Idul Adha ini kaum muslimin mewujudkan keimanan mereka dengan ibadah haji dan kurban.

Ibadah kurban merupakan ibadah agung yang hanya boleh dipersembahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163)

Oleh karena itu, bagi shahibul kurban hendaknya menghadirkan niat di hatinya, bahwa ibadah kurban yang ia lakukan adalah perwujudan dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjauhkan diri dari bisikan-bisikan ingin dipuji sebagai dermawan atau sebagai orang yang mampu karena membeli hewan kurban yang termahal, lalu dikenal, na’udzubillah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menjelaskan kedudukan orang yang suka minta dipuji oleh orang lain dalam beramal.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيَ غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku tidak butuh terhadap orang-orang musyrik atas kesyirikan yang mereka lakukan. Barangsiapa yang menyekutukan Aku dengan sesuatu yang lain, akan Ku tinggalakan ia bersama kesyirikannya‘” (HR. Muslim 2985)

Dalam hadis lainnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkisah kepada para sahabat,

Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban (memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah.” Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah.” Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘Azza wa Jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.”

Oleh karena itu, kita harus mengikhlaskan ibadah kita semata-mata karena dan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, jangan kita niatkan ibadah kurban kita kepada selain-Nya.*

*Dari khutbah Idul Adha Ustadz Imam Baihaqi di Hang Hau, yang diselenggarakan bareng DDHK – majelis BMH.

Baca Juga:

Khutbah Idul Adha: 4 Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim dan Keluarga

Khutbah Idul Adha: Momentum Wujudkan Keimanan dan Keikhlasan Beribadah dengan Berkurban

Khutbah Idul Adha: Ibadah Kurban Mengandung Nilai Ketauhidan Hingga Kepekaan Sosial

 

Exit mobile version