Jihad Memilih Makanan Halal di Hong Kong

Oleh Ning Sehati

Brrrrrrr!!
Musim dingin ternyata masih betah menyelimuti Hong Kong setelah beberapa hari terakhir temperatur sempat naik sampai 25°C. Bumi memang benar-benar sudah tidak ramah lagi kepada para penghuninya. Mungkin karena usianya yang sudah cukup tua atau juga karena ulah para makhluk Allah yang bergelar ‘manusia’ yang semakin hari semakin ‘tidak sopan’ kepada alam, terus saja mencederainya dengan berbagai tindakan yang konon hanya untuk mempertebal dompet pribadi.

Ah, sudahlah, aku bukannya lagi baca koran dan bercerita tentang hal ini koq pagi ini.
Sruuuuupppp…
Ehmmm…
Alhamdulillah…

Secangkir kopi panas ini terasa begitu nikmat ditemani beberapa keping biskuit, menghangatkan pagi yang berkisar 7°C! Aroma kopi khas Indonesia membuatku semakin betah duduk lama-lama di dapur sambil memanjakan mata, membiarkan jari-jemariku lincah menelusuri dinding jejaring, facebook.

Selain sekadar membaca basa-basi kawan-kawan, berita utama yang kucari adalah tentang perkembangan di dalam negeri. Mulai dari prakiraan cuaca, politik, sosial, budaya, ekonomi, agama, kesehatan sampai pendidikan. Semua aku lahap, meski yang paling menarik minatku tetap bab agama dan pendidikan.

Seketika mataku terhenti pada sebuah berita tentang daging babi yang diberi label halal telah beredar di beberapa daerah di tanah air! Astagfirullaah hal adzim!!! Dadaku sontak bergemuruh, antara kaget, kecewa, geram campur aduk bak gado-gado (kalau yang ini sih nikmat… hehe…).

Bagaimana tidak, ketika setiap hari hatiku was-was membaca kabar ibu pertiwiku yang tengah berduka, kok, ya sempat-sempatnya ada oknum yang berani mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Tidakkah dia sadari bahwa Allah Sang Pemilik alam raya tengah murka pada negeri dimana banyak angkara di sana sini, amanat yang dikhianati, materi dunia lebih memikat hati dibanding janji Jannah Allah?
Allah… Allah… Allah…

Kembali ke masalah babi yang diberi label halal, aku jadi ingat beberapa waktu lalu sempat sedikit adu argumen dengan seorang ikhwan di tanah air. Aku bilang kalau di negeri orang begini, kehati-hatian kami terhadap makanan dan minuman yang masuk perut lebih dijaga daripada di tanah air. Kalau di sana, asal bukan babi, pasti halal (rata-rata menganggap begitu). Tapi di Hong Kong, setiap produk yang kami hendak beli, pasti kami teliti dulu komposisi bahannya (sebab di supermarket bertaraf internasional, produk dari negara Islam masih sangat minim dijumpai).

Kami belajar mengenali kode-kode bahan makanan yang mengandung unsur binatang haram ini. Benar-benar jalan menggapai rahmat-Nya adalah perjuangan, jihad!

Sruuuuuppp…
Tegukan terakhir kopi yang hampir dingin, terasa semakin mantap. Kupandangi bungkus yang belum sempat kulempar ke tong sampah. Hmmmm, barang ini sempat membuatku debat kecil dengan bos. Tapi alhamdulillah Allah menguatkanku, Dia bersamaku dan aku pun menang melawan kalimatnya.

“Eti, this brand is good…” si bos nunjuk pada sebuah botol kopi yang berderet rapi di rak Fusion Supermarket.
“I know…” aku jawab singkat.
“… and quite expensive…” si bos mengambil botol itu.

Aku tak terlalu mempedulikannya. Mataku asyik menjelajah merk-merk lain. Sampai kutemukan satu merk kopi produksi negeri tercinta. Lantas kuambil, dan benar dugaanku, ada label ‘halal’ tertera pada pojok kanan bawah.
“I take this, Boss,” ujarku sambil menyodorkan bungkusan kopi K…. A…
“How much?” tanya si bos.
“Only …” kusebutkan harganya.

“How cheap! I don’t think the quality is good!” kata si bos setengah sombong, gaya majikan Hong Kong.
“I’m sorry, but I don’t care about the low price. All I need to concern more about is this…” aku menunjuk pada huruf hijaiyah ‘halal’ yang tentu saja si bos nggak bisa baca. Hehe…
“Means?”
“Just to make me feel secure…” ujarku pendek seraya mendorong trolly belanjaan yang mulai penuh ke arah kasir.

Sempat kulirik si bos hanya geleng-geleng kepala. Aku tahu hatinya masih penasaran seperti biasa. Tapi aku ingat, memang ada sebagian orang yang meski kita menjelaskan sedetail mungkin, lengkap dengan dalil-dalil, tetap saja mereka tidak akan pernah paham.

Ah, itulah perangai kebanyakan manusia saat ini, lebih mempercayai berita koran dan malah meragukan isi dan kandungan Al-Qur’an yang sempurna dan menyampaikan risalah kebenaran sebagai sebuah nur atau cahaya yang menerangi kegelapan hati manusia.

Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita dari memakan yang haram, mengais rezeki dengan cara yang haram serta menghabiskan rezeki di jalan yang haram pula.

Segera kembali ke arah yang benar, makan makanan yang halal, mengais rezeki dengan cara yang halal serta memanfaatkan rezeki dijalan-Nya. Insya Allah berkah dan karunia Allah akan semakin melimpah… Amin!

Kennedy Town, 11 Feb 2014

Exit mobile version