Hati yang Gelisah

Hati yang Gelisah

Hadits Rasulullah ﷺ tentang hati

عَنِ النَّواسِ بنِ سَمعانِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( البِرُّ حُسْنُ الخُلُقِ ، والإثْمُ : ما حَاكَ في نَفْسِكَ ، وكَرِهْتَ أنْ يَطَّلِعَ عليهِ النَّاسُ )) . رواهُ مسلمٌ

Dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ bersabda, “Al-birr adalah husnul khuluq (akhlak yang baik). Sedangkan al-itsm adalah apa yang menggelisahkan dalam dirimu. Engkau tidak suka jika hal itu nampak di hadapan orang lain.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2553]

وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، فَقَالَ : (( جِئْتَ تَسْأَلُ عَنِ البِرِّ وَالإِثْمِ ؟ )) قُلْتُ : نعَمْ ، قَالَ : (( اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ ، الِبرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ ، وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ القَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ ، وَتَردَّدَ فِي الصَّدْرِ ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ ))حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَيْنَاهُ فِي ” مُسْنَدَي ” الإِمَامَيْنِ أَحْمَدَ وَالدَّارميِّ بِإسْنَادٍ حَسَنٍ

Dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendatangi Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda, ‘Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan dan dosa?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Nabi bersabda, ‘Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebajikan itu adalah apa saja yang jiwa merasa tenang dengannya dan hati merasa tentram kepadanya, sedangkan dosa itu adalah apa saja yang mengganjal dalam hatimu dan membuatmu ragu, meskipun manusia memberi fatwa kepadamu.’” (Hadits hasan. Kami meriwayatkannya dalam dua kitab Musnad dua orang imam: Ahmad bin Hambal dan Ad-Darimi dengan sanad hasan)

c

Nabi ﷺ  juga bersabda, “Kekayaan itu bukanlah diukur dari banyaknya harta benda, akan tetapi pada hakekatnya kekayaan itu adalah kekayaan hati.“ (Hadits riwayat Ahmad)

Di dalam hadits yang lain Rasulullah ﷺ bersabda, “Hati itu ada 4 macam: hati yang bersih, ia seperti lentera yang bercahaya; hati yang tertutup, ia terikat dengan tutupnya; hati yang sakit; dan hati yang terbalik. Adapun hati yang bersih adalah hatinya orang beriman, ia seperti lentera yang bercahaya. Sedangkan hati yang tertutup adalah hatinya orang kafir. Hati yang sakit adalah hati orang munafik, ia mengetahui yang baik namun ia mengingkari. Sedangkan hati yang terbalik adalah hati yang di dalamnya ada iman dan nifak. Contoh keimanan di situ adalah seperti tanah yang dapat memberikan air yang bersih, sedangkan nifak adalah seperti bisul, di dalamnya hanya nanah dan darah. Maka di antara keduanya yang paling kuat ia akan mengalahkan lainnya.” (Hadits riwayat Ahmad)

Kenapa gelisah?

Ada 2 faktor yang membuat kita merasa gelisah. Pertama, sinyal kebaikan hati. Kedua, sinyal keburukan hati.

Kita harus berhati hati, jangan sampai hati kita bermasalah. Sebab, ia menghadirkan konsekuensi yang dapat merugikan kita. Atau, menandakan kondisi diri kita yang buruk. Yakni:

Pertama, jauh dan Allah pun meninggalkannya. Sebuah hadits berbunyi: Saya mendengar Jundub Al Alaqi menceritakan bahwa Jibril menangguhkan (penurunan wahyu) kepada Nabi ﷺ sehingga beliau pun gelisah dan sedih. Kemudian ditanyakanlah hal itu kepadanya, maka turunlah ayat, “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.” (QS. Adhdhuha 1-3). (Hadits riwayat Ahmad)

Kedua, kelalaian dan akhirnya doa tidak diijabah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Hati adalah sebuah bejana, dan sebagiannya diletakkan pada sebagian yang lain. Wahai manusia, jika kalian memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla maka mohonlah kepada-Nya dengan keyakinan bahwa permohonan itu bakal diijabahi karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan mengabulkan doa seorang hamba yang dipanjatkan dari hati yang lalai.” (Hadits riwayat Ahmad)

Ketiga, perselisihan sehingga tidak ada kenikmatan dengan Al Qur’an. Nabi ﷺ bersabda, “Bacalah Al-Qur’an ketika hati-hati kalian memang menyatu, namun jika kalian berselisih, maka beranjaklah darinya.” (Hadits riwayat Bukhari)

Keempat, bersama setan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya setan berkata, “Demi kemuliaan-Mu wahai Rabb, aku senantiasa akan menggelincirkan hamba-hamba-Mu selama ruh mereka masih ada di dalam jasad-jasad mereka, ” maka Rabb berfirman, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku.” (Hadits riwayat Ahmad)

Kelima: suka meremehkan hal kecil sehingga gelisah ketika tidak tercapai target besar. Abu Hurairah dari Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah di bumi kalian ini, akan tetapi ia senang dengan hal kecil yang kalian remehkan.” (Hadits riwayat Ahmad)

Keenam, keraguan dan negative thinking. Seperti kisah saat permulaan wahyu sehingga peran ibunda Khadijah memberikan ketenangan kepada Rasulullah ﷺ.

Maka Khadijah berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, karena engkau adalah orang yang menyambung silaturrahim, seorang yang jujur dalam tutur kata, menolong yang lemah, memberi kepada orang yang tak punya, engkau juga memuliakan tamu dan membela kebenaran.”

Sebaliknya, kegelisahan juga bisa jadi pertanda adanya kebaikan hati. Di antaranya:

Pertama, ada kemaksiatan. Abu Umamah mengatakan, ada seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa makna Iman? Nabi ﷺ menjawab, “Bila ada kebaikan yang menjadikanmu gembira, dan bila ada keburukan yang menjadikanmu gelisah, berarti engkau seorang mukmin. Orang tersebut bertanya lagi, “Apa itu dosa? Nabi ﷺ menjawab, “Apabila ada sesuatu yang menjadikan hatimu resah, maka tinggalkanlah!” (Hadits riwayat Ahmad)

Kedua, takut fenomena azab. Bila Nabi ﷺ melihat awan yang dikiranya akan membawa hujan, beliau mondar-mandir (karena gelisah atau takut) dan bila awan sudah benar-benar menurunkan hujan, ketakutan dan kekhawatiran itu pun hilang. Aisyah berkata, Aku bertanya kepada beliau lalu beliau menjawab, “Aku tidak tahu, mungkin itu seperti yang difirmankan Allah Ta’ala: ‘Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami, bahkan itulah siksa yang kalian minta disegerakan, yaitu angin yang berisi siksa yang pedih.” (Al Ahqaaf: 24) Abu Isa berkata, Hadits ini hasan. (Hadits riwayat Tirmidzi)

Solusi saat hati gelisah

Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan saat hati sedang gelisah. Di antaranya:

  1. Banyak evaluasi diri dan istighfar (Q.S. 66: 8). Dengan begitu Allah SWT menutup aib kita. Dan, istighfar akan memberikan ketenangan.
  2. Yakin balasan dari Allah SWT. Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al Khudri berkata; Nabi ﷺ bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, sakit, gelisah, sedih, susah, atau rasa sakit meski hanya duri yang menusuknya, kecuali Allah ‘Azza wa Jalla akan menghapus kesalahannya.” (Hadits riwayat Ahmad)
  3. Yakin malaikat akan membersamai kita. (Q.S. 41: 30 dan Q.S. 40: 7-9).
  4. Tawakal dan berdoa. Rasulullah ﷺ bersabda, “Bagaimana aku merasa tenang sementara sang pemegang tanduk (sangkakala) telah menelan tanduk (sangkakala) dan memiringkan dahinya, ia akan mendengar kapan pun diperintahkan?” maka para sahabat Muhammad berkata; Apa yang harus kami ucapkan? Beliau menjawab, “Ucapkanlah, ‘HASBUNALLAHU WA NI’MAL WAKIL ‘ALALLAHI TAWAKKALNA’ (Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Dialah sebaik-baik penolong dan kepada Allahlah kami bertawakal.” (Hadits riwayat Ahmad)
  5. Saat ragu dan tidak tau, maka berikan jawaban seperti yang dicontohkan sayyidina Ali. Beliau berkata, “Duhai sejuknya hati ini, ketika kamu mengatakan dalam hal yang tidak kamu ketahui: ‘Allahu a’lam'”. (Hadits riwayat Darimi)
  6. Rasulullah ﷺ pada suatu pagi terlihat tenang jiwanya dan terlihat keceriaan di wajahnya, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda terlihat hari ini begitu tenang dan begitu bersinar di wajah Anda!” Beliau bersabda, “Pasti, karena telah datang kepadaku seorang utusan dari Rabb-ku ‘Azza wa Jalla dan berkata, ‘Barangsiapa yang bershalawat atasmu dari umatmu satu kali, maka Allah akan mencatat baginya sepuluh kebaikan, menghapus sepuluh kejelekan, dan mengangkat baginya sepuluh derajat.” (Hadits riwayat Ahmad)

Sholawat yang kita lantunkan akan sampai ke Rosulullah ﷺ karena pada hakikatnya beliau selalu bersama kita.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ يَقُولُونَ بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمْ

Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya hari Jumat adalah di antara hari-hari kalian yang terbaik, maka perbanyaklah sholawat kepadaku pada hari itu, karena sesungguhnya sholawat kalian disampaikan kepadaku.” Para sahabat bertanya; wahai Rasulullah, bagaimana sholawat kami disampaikan kepadamu, sementara Anda telah meninggal? Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan jasad para nabi atas tanah.” (Hadits riwayat Abu Daud)

  1. Hindari perkara yang disebutkan dalam hadits ini. Nabi ﷺ bersabda, “Hati-hatilah kalian dari berbuat zalim karena kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat, dan hati-hatilah kalian dari perkara keji karena sesungguhnya Allah tidak suka dengan perkara keji dan perbuatan yang keji, dan hati-hatilah kalian dari sifat bakhil karena sesungguhnya sifat bakhil telah membinasakan orang-orang terdahulu serta karena jika sifat bakhil itu memerintahkan untuk memutuskan hubungan kekerabatan mereka pun memutuskan hubungan, dan jika memerintahkan untuk bakhil mereka pun bakhil, dan jika memerintahkan untuk berbuat jahat mereka pun berbuat jahat.”

Ini doa untuk mendapatkan ketenangan hati:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

(أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَقَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَدُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ وَنَفْسٍ لَا تَشْبَعُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعِ

Rasulullah ﷺ berdoa: “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!” Bahwaanya Rasulullah ﷺ berdoa:  “Wahai Dzat yang membolak balikkan hati, tetapkan hatiku pada agamaMu.”

Di antara doa Rasulullah ﷺ adalah, “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak bisa khusuk, doa yang tidak didengar dan jiwa yang tidak pernah puas. Ya Allah saya berlindung kepada-Mu dari keempat hal itu”. (Hadits riwayat Ahmad)

Disampaikan oleh Ustadzah Nur Hamidah Lc., M.Ag., saat kajian online Halaqoh Selasa Ekspatriat Perempuan, 28 September 2021. [DDHKNews]

Exit mobile version