Gaul dengan Lesbi, Tomboy, Bunuh Diri, Murtad, Cerai, dan Tobat!

PANGGIL saja namaku Dina, BMI Hong Kong asal Ngawi Madiun. Aku sudah menikah dan memiliki satu orang anak umur 15 tahun. Aku bekerja di Hong Kong dari tahun 2003 sampai sekarang.

Gemerlap kehidupan Hong Kong memang membuatku terlena apalagi dengan gaji besar yang semakin menambah Aku betah berlama -lama di Hong Kong.

Dengan kelimpahan rezeki ini Aku semakin larut dan larut menikmati kehidupanku. Bahkan dalam pergaulan pun Aku sudah bisa dibilang parah. Teman-temanku kebanyakan adalah lesbi dan gadis-gadis tomboy.

Meskipun mungkin tidak semua gadis tomboy identik dengan hal-hal yang negatif, banyak juga di antara mereka yang mempunyai kegiatan positif. Tapi ini tidak berlaku bagi teman-temanku. Mereka semua keras dan yang lebih parahnya lagi Aku tetap mengikuti mereka.

Setelah 4 tahun berjalan masa kerjaku di Hong Kong, mulai timbulah berbagai macam masalah. Keluargaku mulai kurang harmonis. Teman-temanku semakin lama semakin bikin ulah.

Ada temanku yang meminjam uangku sebesar HK$60.000, nominal yang sangat fantastis. Aku sering dibohongi dan ditipu. Puncaknya, aku sering berkelahi dengan mereka dan akibatnya sungguh sangat memalukan. Aku tiga kali keluar masuk penjara karena hal yang sama, yaitu berkelahi.

Aku drop. Aku bimbang. Di saat Aku membutuhkan seorang yang bisa memberiku nasihat, teman-temanku malah menjauhiku. Aku kalut dan sungguh semuanya terasa gelap. Akal sehatku sudah tidak bisa mencerna. Aku nekat berusaha bunuh diri dengan melompat dari jembatan bundar Causeway Bay.

Takdir berkata lain. Aku berharap mati saat itu juga. Allah SWT masih memberiku nyawa. Aku masih hidup meskipun Aku luka cukup parah di bagian kepala.

Teman-temanku bukannya menolongku malah menjauhiku. Kejadian ini terjadi tahun 2009. Waktu itu ada seorang BMI non-Muslim yang menolongku. Aku dilarikan ke salah satu rumah sakit di Hong Kong.

Aku menjalani operasi di bagian kepala yang cedera cukup parah. Mungkin kalau ditotal biaya yang dikeluarkan untuk biaya rumah sakit berkiberkisar HK$70.000 dari uang auransi dan biaya sendiri.

Selama menjalani perawatan di Rumah Sakit, aku dijenguk dan dirawat pula oleh mereka (BMI non muslim). Kebetulan suamiku juga bekerja di Korea. Waktu itu sempat cuti bekerja dan menjengukku di Rumah Sakit.

Seiring berjalannya waktu dan kesehatanku mulai berangsur pulih, sekitar satu tahun lebih aku mulai aktif di gereja. Bahkan aku sampai dibaptis atau dengan kata lain aku murtad.

Keluarga di Indonesia tidak tahu dengan kemurtadanku, begitu juga suamiku. Sungguh ironis memang, Aku yang dulu pernah belajar di pondok pesantren selama 4 tahun seperti hilang ditelan waktu.

Menyesal memang selalu datang belakangan setelah semua itu terjadi. Mungkin ini adalah teguran yang Allah berikan agar aku memperbaiki diri. Aku memutuskan cuti ke Indonesia selama 3 bulan. Aku terus melakukan pemeriksaan. Di Indonesia aku melakukan operasi yang kedua kalinya di bagian kepala dengan biaya sekitar 25 juta.

Di Indonesia Aku menceritakan semua kejadian selama bekerja di Hong Kong. Keluargaku sangat marah bahkan kedua orang tuaku mengecapku sebagai anak durhaka. Aku terima semua kemarahan keluargaku, Aku memang salah. Suamiku berharap aku tidak kembali lagi ke Hong Kong, istirahat saja di rumah. Tapi aku memaksa. “Cukup dua tahun lagi Mas aku bekerja,” paksaku waktu itu.

Munculah masalah baru, selisih paham dan ujung-ujungnya merasa tidak nyaman dan atas kesepakatan bersama kita memutuskan bercerai. Setelah bercerai aku berangkat lagi ke Hong Kong. Aku merenung. Begitu banyak kisah kelamku selama ini. Apalagi aku sudah murtad. Dalam hati kecilku aku mulai berontak. Aku ingin bertobat.

Aku meminta maaf kepada keluagaku dan juga kepada kedua orang tuaku. Aku memohon doa restunya agar dimudahkan dalam bekerja dan memperbaiki diri. Alhamdulillah majikanku sangat baik. Majikanku tahu kalau Aku sakit, dan setiap ada surat dari dokter di Indonesia majikanku pun tahu. Kalau sakit kepalaku kambuh, majukan menyuruhku istirahat.

Dibimbing GM Dompet Dhuafa Hong Kong, Rovi Oktaviano Vustany, aku memutuskan bersyahadat kembali. Aku mulai menata hati. Sholat mulai kudirikan kembali. Kubuka lagi lembaran-lembaran Al-Quran. Biarlah masa laluku yang kelam aku jadikan nasehat dan pelajaran berharga.

Pesanku kepada teman-teman sesama BMI,hati-hatilah dalam memilih teman. Karena teman yang baik akan membawa kita kedalam kebaikan, begitu juga sebaliknya. Semoga Allah menerima taubatku. Amin…! (Seperti dikisahkan kepada Minnie/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org/dompetdhuafa.org).*

Exit mobile version