Dua Potensi Manusia: Bisa Lebih Buruk dari Setan atau Lebih Baik dari Malaikat

MACAU – Dai Ambassador Dompet Dhuafa Hong Kong, Ustadz Sukron Makmun, kembali memberikan tausiyah usai shalat Subuh berjamaah di Majelis Taklim Indonesia Macau (MATIM). Pada tausiyahnya kali ini, Jumat (31/5/2019), beliau mengupas makna yang terkandung dalam surat At-Tin, terutama tentang potensi manusia yang bisa saja mencapai derajat makhluk Allah yang paling buruk namun juga bisa mencapai derajat paling baik dan paling mulia.

“Manusia itu diciptakan dari lumpur. Karakternya tetap dan bau, serta dapat mencelakakan orang. Maka manusia jika mengikuti kualitas-kualitas lumpur, dia malas dan merugikan orang lain. Dia juga stagnan, tidak tumbuh. Tapi kalau mengikuti kualitas ketuhanan, dia pasti dinamis,” kata Ustadz Sukron.

Maka ketika sifat-sifat ketuhanan atau sifat-sifat “kelangitan” dominan pada dirinya, manusia pasti dinamis, pasti rajin dan bermanfaat. “Namun, manusia kalau jahat dia bisa melebihi setan,” ujarnya.

Ustadz Sukron menyontohkan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, orang-orang munafik kelak ditempatkan di kerak atau dasar neraka. Sebab, kejahatannya dinilai lebih jahat dari setan. Sebaliknya, kalau baik, sebagaimana para nabi dan wali, manusia bahkan bisa melampaui batas-batas kebaikan dan kemuliaan yang tak bisa dicapai para malaikat.

Ia menjelaskan bahwa malaikat dan setan memiliki sifat statis dalam dirinya. Yakni, malaikat selalu taat, sedangkan setan selalu maksiat. Berbeda dengan kedua makhluk itu, manusia dinamis.

“Di satu sisi dia bisa seperti setan bahkan melebihi setan, di satu sisi bisa melebihi malaikat,” ujar Ustadz Sukron.

Di ayat lain dalam Al-Quran juga disebutkan, jika tidak berpikir maka manusia akan seperti hewan, bahkan lebih buruk. “Namun manusia akan hilang kebinatangannya apabila fungsi-fungsi ketuhanannya dipompa lebih,” kata Ustadz Sukron.

“Maka puasa, diantaranya, berfungsi untuk menghilangkan kualitas kebinatangan kita,” ujarnya. [Tim DDHKNews]

Exit mobile version