Dai Tak Pernah Sunyi Sendiri

It’s not about KJRI, but it’s about friendship that never last.

Ceritanya, saya diajak Jum’atan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) sambil menyampaikan amanat (titipan) dari pejabat Kementerian Luar Negeri RI untuk stafnya yang masih di Hong Kong. Pas sampai Mushalla KJRI (baca: masjid), kami bertemu dengan ekspatriat dari Kazakhstan yang ikut shalat Jum’at di kantor perwakilan RI ini. Para pejabat, khatib, imam dan masyarakat Indonesia lainnya bertemu dan saling sapa di sini. Saya melihat wajah yang begitu familiar, cuma saya ragu untuk menyapanya. Lagian, sudah masuk waktu Zuhur, dan khatib beberapa menit lagi akan naik mimbar.

Setelah shalat usai, saya unggah foto yang tadi saya jepret sebelum naik ke lantai empat, di depan tulisan “Consulate General of The Republic of Indonesia – Hong Kong” Eh, ada pejabat yang memanggil nama saya dengan ragu. “Mas Sukron…!” Sontak kami sama-sama bengong. Ternyata, dunia seluas daun kelor. Langsung lah kita swafoto untuk mengabadikan kebersamaan yang langka itu.

Saya langsung turun, menunggu Ibu Tina, PMI (pekerja migran Indonesia) yang menahkodai Majlis Ta’lim Roudhatul Hidayah Hong Kong, yang mau menjemput saya untuk mengisi kajian Zuhur di Victoria Park. Eh, datang lagi wajah familiar yang tadi belum sempat saya sapa. Akhirnya… jepret!

Betul lah apa kata Ibnu al-Munkadir yang pernah saya baca di kitab Ihya’ Ulumuddin karya al-Ghazali yang tersohor itu, bahwa ada 3 (tiga) nikmat surga yang tersisa di dunia ini: shalat malam, shalat berjama’ah dan bertemu sahabat (lama).

Gedung kantor perwakilan RI 21 lantai yang terletak di Causeway Bay, salah satu pusat kota Hong Kong itu menjadi saksi bahwa setiap hati ada terusannya (tunnel). “Del be del rah darat”, kata pepatah Persia. Testimoni bahwa para duta dakwah tidak akan pernah kesepian di manapun mereka berada. Di mana-mana ada saudara dan sahabat lama.[]

——

Sukron Makmun, Dai Ambassador DD untuk Hong Kong dan Macau.

Exit mobile version