Belanda Lanjutkan Adili Penghina Islam

Sidang pengadilan atas politisi Belanda penghina Islam, Geert Wilders, dilanjutkan hari ini di Amsterdam. Setelah ditunda 24 jam,  pengadilan memutuskan tidak memenuhi tuntutan Wilders, yaitu agar hakim ketua sidang diganti.

Sebelumnya, Wilders menuntut hakim diganti karena dinilai tidak obyektif memimpin sidang. Namun, menurut profesor politik di Universitas Leiden, Rudy Andeweg, tuntutan Wilders kemarin adalah taktiknya untuk menjadikan sidang pengadilan sebagai ajang berpolitik.

“Dia mencoba untuk mengubah pengadilan menjadi podium aktivitas politiknya. Dia sangat menikmati perhatian. Dia menginginkan sebuah pengadilan politik namun hakim tidak mengabulkannya,” ujarnya seperti dikutip The Christian Science Monitor.

Andeweg mengatakan, hakim telah bertindak benar dengan tidak memberikan Wilders perlakuan khusus. Wilders didakwa melakukan penghinaan terhadap Islam dengan menyamakan Al-Quran dengan buku yang ditulis Hitler yang berjudul Mein Kampf (Perjuanganku). Wilders juga mengatakan, Islam adalah agama yang fasis. Pernyataan Wilder ini dituduh telah menyulut kebencian terhadap Islam.

Jika terbukti bersalah, Wilder akan dihukum penjara selama satu tahun dan denda sebanyak 7.600 euro atau sekitar Rp 91,6 juta.

Wilders adalah politisi anti-Islam Eropa paling terkenal. Ia disebut-sebut sebagai pewaris ideologi Pim Fortuyn, seorang politisi anti-Islam yang dibunuh tahun 2002. Popularitas Wilders meningkat seiring usahanya dalam menjegal angka imigran asing, terutama imigran Islam, untuk masuk ke negaranya.

Partai Kebebasan pimpinan Wilders menempati urutan ketiga pada pemilu Juni lalu. Artinya dia berpeluang ikut dalam pemerintahan. Wilders telah setuju untuk mendukung pemerintahan konservatif baru, yang dipimpin oleh Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (Volkspartij voor Vrijheid en Democratie, VVD).

Pemerintahan yang baru ini diduga akan mengikuti rekomendasi Wilders untuk melarang para imigran dari luar negara Barat untuk memasuki Belanda. Rencana pelarangan memakai burka juga menjadi agenda utama. (Mel/Viva News/ddhongkong.org).*

Exit mobile version