Bekal untuk Calon Pendakwah (4): Pahami Ilmu Dasar Jurnalisme

CAUSEWAY BAY | HONG KONG – Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK) mengadakan program Sekolah Daiyah Ulil Albab. Kegiatan berupa kursus singkat belajar menjadi pendakwah dan bertujuan mencetak juru dakwah dari kalangan pekerja migran Indonesia (PMI) di Hong Kong ini dilaksanakan selama tiga bulan, Februari hingga April 2019, di kantor DDHK di Causeway Bay.

Kami akan menyajikan tulisan bersambung berisi ringkasan materi yang disampaikan para narasumber di acara Sekolah Daiyah tersebut, dengan tema “Bekal untuk Calon Pendakwah”. Semoga bermanfaat!

Pada Ahad (17/3/2019), Ustadz Donny Meilano, anggota Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) asal Palembang, menegaskan pentingnya Jurnalisme Dakwah, saat memberikan pembekalan di pertemuan ketujuh Sekolah Daiyah. “Jurnalisme dakwah ini penting sekali, karena terkait dengan penyampaian yang bisa dibaca dan dilihat dalam lintas waktu. Maka konsep jurnalisme 5W+1H, atau who (siapa), what (apa), where (di mana), when (kapan), why (kenapa), how (bagaimana) harus kita pahami. Itu ilmu dasar seorang jurnalis,” ujarnya.

“Seorang dai (pendakwah) juga bisa disebut sebagai jurnalis. Tapi tidak semua jurnalis adalah dai. Jadi, jurnalis yang tulisannya didasarkan ajaran Islam, dia juga dai. Siapapun dapat menjadi dai karena dai adalah pekerjaan menyampaikan dan mengajak kepada kebaikan,” tutur Ustadz Donny.

Pembekalan tentang jurnalisme dakwah diberikan di Sekolah Daiyah agar para calon pendakwah bisa menyampaikan dakwah melalui tulisan sesuai standar ilmu jurnalistik. “Misalnya, menceritakan pengalaman Anda yang paling menarik dalam berdakwah,” kata Ustadz Donny.

Akademisi Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, ini juga menyampaikan, ada lima peran pendakwah di tengah-tengah masyarakat dan umat. Yakni, sebagai pendidik (muaddib), pelurus informasi (musaddid), pembaru (mujaddid), pemersatu (muwahhid), dan pejuang (mujahid). [Ida Royani/Riyana Erwi]

Bersambung… (Bekal untuk Calon Pendakwah (5))

Exit mobile version